PENGAMATAN TITIK LEBUR PADA BAHAN DASAR SUPPOSITORIA
OLEUM CACAO DENGAN PENAMBAHAN CERA FLAVA 3% DAN 5%
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah
Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Program Studi Diploma III Farmasi Fakultas
Farmasi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
Disusun
Oleh :
HENRI
KURNIADI
NIM
: 30310026
PROGRAM
STUDI DIPLOMA III FARMASI
FAKULTAS
FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2013
HALAMAN PERSETUJUAN
NAMA : HENRI KURNIADI
NIM :
30310026
BIDANG MINAT : FARMASETIKA
JUDUL :
PENGAMATAN TITIK LEBUR PADA BAHAN DASAR SUPPOSITORIA
OLEUM CACAO DENGAN PENAMBAHAN CERA FLAVA 3% DAN 5%
Menyetujui
Pembimbing
Teori Pembimbing
Praktikum
Dra.
Nur Rochmah, Apt Tri Lupi,
S.Pd. Kim
Mengetahui
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
Tri Puji Lestari, S.Farm., Apt
Ketua Program Studi
SURAT
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya
bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Henri Kurniadi
Nim :
30.3.10026
Program Studi :
D III Farmasi
Judul KTI : PENGAMATAN
TITIK LEBUR PADA BAHAN DASAR SUPPOSITORIA OLEUM CACAO DENGAN PENAMBAHAN CERA
FLAVA 3% DAN 5%
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah, yang saya tulis ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau piikiran orang lain
yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil
jiplakan, maka saya brsedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Kediri,
30 Agustus 2013
Yang
Membuat Pernyataan,
Henri Kurniadi
30.310026
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha
Esa, karena atas berkat kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “PENGAMATAN TITIK LEBUR PADA BAHAN DASAR
SUPPOSITORIA OLEUM CACAO DENGAN PENAMBAHAN CERA FLAVA 3% DAN 5%.” dapat diselesaikan dengan lancar dan tepat waktu.
Karya tulis ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan
Diploma III Farmasi di Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
Penyusunan karya tulis ini, penulis
mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak , oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Dr. Bambang Harsono
Suhartono, MBA, selaku ketua Yayasan Pendidikan Bhakti Wiyata Kediri
2.
dr. Tarbinu Kasmono, MPH,
selaku Rektor Institut Ilmu kesehatan Bhakti Wiyata Kediri yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan pendidikan .
3.
Dra. Prihardini, M.Kes,
selaku Dekan Fakultas Farmasi Institut Ilmu kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
4.
Tri Puji Lestari, S.Farm.,
Apt selaku Ketua Prodi D III Farmasi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata
Kediri.
5.
Dra. Nur Rochmah, Apt
selaku pembimbing teori yang banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyelesaian
Karya Tulis Ilmiah ini.
6.
Tri Lupi, S.Pd. Kim, selaku pembimbing praktek yang telah membina dalam
penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
7.
Ayah, Ibu adik dan kakak tercinta yang telah memberikan
dukungan moral, material dan doanya, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat
diselesaikan.
8.
Teman-teman D III
seperjuangan yang telah memberikan semangat dan motivasinya.
9.
Ahmad Fauzi, teman saya
yang selalu ada menemani saat menyusun karya tulis ilmiah ini.
Semoga
Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberikan kesempatan,
dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Kami sadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, tetapi kami berharap karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.
Kediri,
Agustus 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN
PERSETUJUAN................................................................. ii
HALAMAN
PENGESAHAN.................................................................. iii
KATA
PENGANTAR.............................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................ v
DAFTAR
LAMPIRAN.............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN.........................................................................
A.
Latar Belakang .............................................................................
B.
Rumusan Masalah .........................................................................
C.
Tujuan Penelitian ..........................................................................
D.
Manfaat Penelitian.........................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................
A.
Definisi Suppositoria .......................................................................
B.
Klasifikasi Suppositoria...................................................................
C.
Tujuan Penggunaan Suppositoria.....................................................
D.
Kelebihan dan Kekurangan Suppositoria.........................................
E.
Metode Tentang Pembuatan
Suppositoria.......................................
F.
Tinjauan Tentang Basis Suppositoria...............................................
G.
Cara pengemasan dan
Penyimpanan Suppositoria...........................
H.
Pemeriksaan Suppositoria................................................................
I.
Kerangka Konsep.............................................................................
BAB III METODE PENELITIAN..........................................................
A.
Desain Penelitian..............................................................................
B.
Variabel Penelitian...........................................................................
C.
Definisi Operasional.........................................................................
D.
Ruang Lingkup, Waktu dan
Tempat Penelitian ..............................
E.
Instrumen Penelitian .......................................................................
F.
Formulasi dasar
Suppositoria...........................................................
G.
Prosedur Kerja ................................................................................
BAB IV
HASIL PENELITIAN...............................................................
A.
Data Hasil Pengolahan Data............................................................
BAB V
PEMBAHASAN ..........................................................................
BAB VI
PENUTUP ..................................................................................
A.
Kesimpulan .....................................................................................
B.
Saran ...............................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA ..............................................................................
LAMPIRAN .................................................................................................. ..............
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai
dengan kebijaksanaan pemerintah dan ketentuan yang berlaku, pemerintah
membina upaya-upaya dibidang obat agar tercapai tujuan dan sasaran pembangunan
di bidang pengobatan.
Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.193/Kab.B.VII/71, tentang obat, yaitu “Obat adalah suatu bahan
yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah,
mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan, penyakit atau gejala penyakit, luka
atau kelainan badaniahpada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau
memperindahbadan atau bagian badan manusia”.
Banyak macam obat yang diproduksi dalam bentuk
sediaan farmasi
di bidang kesehatan, sangat berpengaruh terhadap efek dari suatu obat menuju
sasaran yang diinginkan. Serbuk, kapsul, tablet, suspensi dan emulsi adalah
bentuk sediaan farmasi dengan cara pemberian oral, selain itu juga ada pula
cara pemberian obat melalui rongga tubuh dengan nama Suppositoria.
Suppositoria adalah sediaan padat dalam
berbagai bobot dan bentuk yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra.
Umumnya melunak atau melarut pada suhu tubuh.
Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung
jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetikyang bersifat lokal atau
sistemik.
|
Suppositoria yang
berada dipasaran di bungkus dengan alumunium foil atau bahan plastik
satu-persatu. Beberapa diantanya juga dikemas dalam strip dan sebaiknya
disimpan di tempat yang sejuk dan dingin.
Adapula basis lain yang dapat digunakan
sebagai basis Suppositoria, yaiu Oleum Cacao. Untuk meninggikan titik lebur
lemak coklat digunakan penambahan Cera atau Cetaceum.
Penambahan Cera flava tidak boleh lebih dari
6% sebab akan memperoleh campuran yang mempunyai titik lebur diatas 37°C jangan
kurang dari 4% karena akan memperoleh titik lebur yang lebih rendah dari titik
lebur lemak coklat (<33°C).
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah
titik lebur pada bahan dasar suppositoria Oleum cacao dengan penambahan Cera
flava 3% dan 5% ?
C. Tujuan Penelitian
Untuk
mengamati titik lebur Suppositoria Oleum cacao dengan penambahan cera flava 3%
dan 5%.
D.
Manfaat
Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat untuk :
1.
Bagi
Peneliti
Peneliti dapat mengetahui titik lebur yang tepat bagi dasar Suppositoria
Oleum cacao.
2.
Bagi Pembaca
Sebagai
referensi pada studi atau penelitian di masa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi Suppositoria
Suppositoria
adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang diberikan melalui
rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh melunak atau melarut pada suhu
tubuh.
Suppositoria
dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik
yang bersifat lokal atau sistemik. Cara penggunaan adalah dengan memasukkannya
kedalam salah satu rongga tubuh, yaitu kedalam :
a.
Rectum :
Suppositoria analia atau suppositoria saja.
b.
Vagina :
Suppositoria vaginalia atau ovula.
c.
Urethra :
Suppositoria urethralia atau bacilia.
Bahan
dasar supositoria yang umum digunakan adalah lemak coklat, gelatin
tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilenglikol
berbagai bobot molekul dan ester asam lemak polietilen glikol.
Bahan dasar suppositoria yag
digunakan sangat berpengaruh pada pelepasan zat terapetik. Lemak coklat cepat
meleleh pada suhu tubuh dan tidak tercampurkan dengan cairan tubuh, oleh karena
itu menghambat difusi obat yang larut dalam lemak pada tempat yang dibati.
Polietilen glikol adalah bahan dasar yang sesuai untuk beberapa antiseptik.
Jika diharapkan bekerja secara sistemik, lebih baik menggunakan bentuk ionik
dari pada nonionik, agar diperoleh ketersediaan hayati yang maksimum. Meskipun
oleh bentuk noionik dapat dilepas dari bahan dasar yang dapat bercampur dengan
air, seperti gelatin tergliseninasidan polietilen glikol, bahan dasar ini
cenderung sangat lambat larut sehingga menghambat pelepasan. Bahan pembawa
berminyak seperti lemak coklat jarang digunakan dalam sediaan vagina, karena
membentuk residu yang tidak dapat diserap, sedangkan gelatin tergliserinasi
jarang digunakan melalui rektal karena disolusinya lambat. Lemak coklat dan
penggantinya ( lemak keras ) lebih baik untuk menghilangkan iritasi, seperti
pada sediaan homoroid internal. ( Farmakope Indonesia Edisi IV hal 16 ).
B. Klasifikasi Suppositoria
1.
Suppositori rectal : Suppositorial untuk dewasa berbentuk
lonjong pada satu atau kedua ujungnya dan biasanya berbobot lebih kurang 2 g.(Anonim, 1995 : 17).
2.
|
Suppositoria vagial :
Umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot
lebih kurang 5.0 g dibuat dari zat pembawa yang larut dalam
air atau yang dapat bercampur dalam air seperti polietilen glikol atau gelatin
tergliserinasi. Suppositoria ini biasa dibuat sebagai “pessarium”. (Anonim,1995 : 17)
3.
Suppositoria urethra :Suppositoria untuk saluran urine yang juga
disebut “bougie”. Bentuknya ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan ke
dalam saluran urine pria atau wanita. Suppositoria saluran urin pria
berdiameter 3- 6 mm dengan panjang ± 140 mm, walaupun ukuran ini masih
bervariasi satu dengan yang lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao maka
beratnya ± 4 gram. Suppositoria untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya
½ dari ukuran untuk pria, panjang ± 70 mm dan beratnya 2 gram, bila digunakan
oleum cacao sebagai basisnya.(
Ansel, 2005).
C. Tujuan Penggunaan Suppositoria
Tujuan penggunaan Suppositoria
mempunyai 2 efek, yaitu :
1.
Suppositoria efek lokal
Basis Suppositoria meleleh, melunak
atau melarut menyebarkan obat yang dibawanya ke jaringan – jaringan di daerah
tersebut. Suppositoria rektal ini dimaksudkan untuk kerja lokal dan paling
sering digunakan untuk menghilangkan konstipasidan rasa sakit, iritasi, rasa
gatal dan radang sehubungan dengan wasir.
2.
Suppositoria efek sistemik
Suppositoria yang mengandung
senyawayang di serapdan berefek pada organ tubuh selain rektum.
D. Kelebihan dan Kekurangan Suppositoria
1.
Kelebihan
Ø Menghindari
pengrusaan oleh enzim atau pH lambung atau usus.
Ø Menghindari
perangsang lambung oleh obat.
Ø Menghindari
pengrusakan dalam sirkulasi portal.
Ø Digunakan
pada pasien yang tidak dapat menelan.
Ø Cara
yang efektif untuk yang suka muntah.
2.
Kekurangan
Ø Tidak
nyaman untuk digunakan.
Ø Absorbsi
obat sering kali tak teratur atau sulit diramalkan. (Anief, 2000)
E. Tentang Metode Pembuatan
Suppositoria
1.
Metode Tuang (Mencetak Hasil leburan)
Metode ini
paling umum digunakan dalam membuat suppositoria skala kecil dan besar. Bahan
basis yang dilelehkan sebaiknya diatas penangas airuntuk menghindari
pemanasanyang berlebihan, kemudian bahan – bahan aktif diemulsikan atau
disuspensikan. Massa dituang dalam cetakan logam.
Sebelum menuang,
cetakan diolesi parrafin liquid agar mudah dikeluarkan dari cetakan. (Ansel,
1989 : 592)
2.
Mecetak Kompresi
Dalam pembuatan
dengan cara kompresidalam cetakan, basis Suppositoria dan bahan lainnya dalam
formula dicampur atau diaduk dengan baik. Pergeseran pada proses tersebut
menjadikan Suppositoria lembek seperti pasta. Dalam skala kecil digunakan alat
mortir dan alu, apabila mortir ini dipanaskan dalam air hangat lalu dikeringkan
sangat membantu proses pembuatan basis dan pencampuran. Sebaliknya dalam skala
besar, proses yang sama juga digunakan, tapi pengadukan adonan dilakukan secara
mekanis.
Proses kompresi
khususnya cocok untuk pembuatan Suppositoria yang mengandung bahan obat yang
tidak tahan pemanasan dan untuk Suppositoria yang mengandung sebagian besar
bahan yang tidak larut dalam basis. (Ansel, 1989 : 591)
3.
Mencetak dengan tangan
Metode pembuatan
Suppositoria yang paling tua adalah dengan tangan, yaitu dengan menggulung
basis Suppositoria yang telah dicampurhomogen dan mengandung zat aktif menjadi
bentuk yang dikehendaki.
Mula – mula
basis di iris, kemudian diaduk dengan bahan – bahan aktif dengan menggunakan
lumpang (mortir) atau alu, sampai diperoleh masa aktif yang homogendan mudah
dibentuk. Bahan – bahan aktif biasanya serbuk halus dilarutkan dalam air atau
dicampur dengan sedikit lemak bulu domba, untuk mempermudah pengaturan dengan
basis Suppositoria.
Serbuk talk baik
pada permukaan penggulung dan tangan dapat mencegah melengketnya massa
tersebut. Metode ini sangat praktis untuk membuat Suppositoria dalam jumlah kecil.
(Ansel, 1989 : 586)
F.
Tinjauan Tentang Basis Suppositoria
1.
Oleum Cacao (Lemak Coklat)
Lemak
coklat adalah lemak coklat padat yang diperoleh denganpemanasan biji Theobroma
cacao Lyang telah dikupas dan dipanggang.
a)
Sinonim :
Lemak coklat
b)
Pemerian : Lemak padat putih kekuningan, bau
khas aromatic, rasa khas lemak, agak rapuh.
c)
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%), mudah larut dalam
kloroform P, dalam eter Pdan dalam eter minyak tanah P.
d)
Suhu lebur : 31°C - 34°C
e)
Indek bias : 1,4564 – 1,4575,penetapan dilakukan pada suhu 40°
f)
Bilangan asam : tidak lebih dari 4.0
g)
Bilangan idium : 35 – 40
h)
Khasiat :
Zat tambahan
i)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat (Anonim, 1979 :453)
2. Cera Flava ( Malam Kuning )
Malam kuning
adalah hasil pemurnian malam dari sarang madu lebah Apis mellifera Linne
(Familia Apidae).
a)
Pemerian
: Padatan berwarna kuning sampai
coklat keabuan, berbau enak seperti madu. Agak rapuh bila dingin , dan bila
patah membentuk granul, patahan non-hablur. Menjadi lunak oleh suhu tangan.
Bobot jenis lebih kurang 0,95.
b)
Kelarutan : Tidak larut
dalam air, agak sukar larut dalam etanol dingin. Larut sempurna dalam
kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak, dan dalam minyak atsiri.
c)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.(Anonim, 1995 : 186).
G. Cara Pengemasan dan Penyimpanan
Suppositoria
Suppositoria
gelatin gliserin umumnya dikemas dalam wadah tertutup rapat, ini berguna untuk
mencegah perubahan kelembapan dalam isi Suppositoria. Suppositoria yang diolah
dengan basis Oleum cacao biasanya di bungkus terpisah – pisah atau dipisahkan
satu sama lainnyapada celah-celah kotak untuk mencegah hubungan antara dan
mencegah perekatan
Suppositoria
tidak tahan terhadap suhu panas, maka perlu di simpan dalam tempat yang dingin.
(Ansel, 1989 : 592)
H. Pemeriksaan Suppositoria
Uji terhadap titik leburnya, terutama jika
menggunakan bahan Oleum cacao.
Dalam
farmakope, titik lebur, jarak lebur, dan suhu lebur zat didefinisikan sebagai
rentang suhu atau suhu pada saat zat padat menyatu dan melebur sempurna.
Alat
penetapan suhu lebur adalah wadah gelas untuk tangas cairan transparan, alat
pengaduk yang sesuai, termometer yang akurat, dan sumber panas yang terkendali.
Cairan dalam tangas memiliki kedalaman yang cukup sehingga termometer dapat
tercelup dengan pencadang raksa tetap berada lebih kurang 2 cm di atas dasar
tangas. Panas didapat dari api bebas atau listrik. Pipa kapiler berukuran
panjang lebih kurang 10 cm dan dalam diameter 0,8 mm sampai 1,2 mm dengan
ketebalan dinding 0,2 mm sampai 0,3 mm.
Metode
pengerjaan ialah dengan pertama-tama menggerus suppositoria sampai halus.
Mengisi pipa kapiler kaca yang salah satu ujungnya tertutup dengan suppositoria
tadi secukupnya hingga membentuk kolom didasar tabung dengan tinggi 2,5 mm
hingga 3,5 mm setelah diisi semampat mungkin. Kemudian memanaskan tangas hingga
suhu lebih kurang 10o dibawah suhu yang diperkirakan, dan
menaikkan suhu dengan kecepatan 1o sampai 0,5o per
menit. Letakkan termometer sampai suhu-suhu tersebut kemudian diangkat dan
menempelkan tabung kapiler untuk membasahinya dengan cairan dari tangas. Bila
suhu mencapai 5o dibawah suhu temperatur yang diperkirakan,
dilanjutkan pemanasan hingga melebur sempurna. Metode ini dilakukan berulang
dengan pengadukan tetap pada tangas. Suhu pada saat kolom suppositoria yang diamati
terlepas sempurna dari dinding kapiler didefinisikan sebagai permulaan melebur,
dan suhu pada saat suppositoria melebur seluruhnya didefinisikan sebagai akhir
peleburan atau suhu lebur.
Untuk
Oleum cacao karena merupakan bahan dasar yang titik leburnya dapat turun atau
naik jika ditambahkan bahan tertentu maka pemeriksaannya lebih diutamakan.
Oleum cacao nomal biasanya meleleh pada 31o-34oC. Oleum
cacao dapat menunjukkan polimorfisme dari bentuk kristalnya pada pemanasan
tinggi. Di atas titik leburnya, Oleum cacao akan meleleh sempurna seperti
minyak dan akan kehilangan inti kristal stabil yang berguna untuk membentuk
kristalnya kembali. Untuk bahan dasar PEG maka suppositoria harus meleleh pada
suhu tubuh sekitar 37oC, untuk titik lebur PEG pada keadaan normal
adalah 35o-63oC. Untuk bahan dasar gelatin, tween,
polietilen glikol, serta surfaktan juga harus meleleh pada suhu tubuh. Apabila
terjadi penyimpangan titik lebur maka suppositoria harus diulang. (Anonim, 1995
: 1032)
BAB III
METODE PENELITIAN
- Desain Penelitian
Dalam pengamatan karya tulis ini, penulis menggunakan Studi
Experimental sering pula disebut studi intervensional, yaitu salah satu
rancangan penelitian yang dipergunakan untuk mencari hubungan sebab akibat.
Penulis melakukan manipulasi terhadap satu atau lebih variabel subyek
penelitian dan kemudian mempelajari efek perlakuan tersebut.
B. Variabel Penelitian dan Definisi
Operasional Variabel
1.
Variabel independen (Pengaruh, Bebas,
Stimulus, Prediktor)
Merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini, yang bertindak sebagai
variabel independen adalah Cera flava.
2.
Variabel dependen (Dipengaruhi, Terikat,
Output, Kriteria, Konsekuen)
Merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat, karena adanya variabel bebas.Dalam penelitian ini, yang bertindak sebagai variabel independen adalah Titik lebur Oleum cacao.
Merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat, karena adanya variabel bebas.Dalam penelitian ini, yang bertindak sebagai variabel independen adalah Titik lebur Oleum cacao.
Dalam pengamatan yang saya lakukan adalah
Pengamatan titik lebur pada bahan dasar Suppositoria Oleum cacao dengan
penambahan Cera flava 3% dan 5%.Penambahan Cera flava termasuk dalam Variabel
independen yang mempengaruhi titik lebur pada bahan dasar suppositoria oleum
cacao.Dan yang termasuk dalam Variabel dependen adalah bahan dasar Suppositoria
yaitu Oleum Cacao.
C. Definisi Operasional
Variabel
|
Definisi
Operasional
|
Parameter
|
Skala
|
Oleum Cacao
|
Lemak padat putih kekuningan, bau khas aromatic,
rasa khas lemak, agak rapuh.
|
Titik lebur :
31°C - 34°C
|
Nominal
|
Cera Flava
|
Padatan berwarna kuning sampai coklat keabuan,
berbau enak seperti madu. Agak rapuh bila dingin , dan bila patah membentuk
granul, patahan non-hablur. Menjadi lunak oleh suhu tangan. Bobot jenis lebih
kurang 0,95.
|
Nominal
Cera flava 3%
Cera Flava 5%
|
- Waktu dan Tempat Penelitian
a.
Waktu
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 Juli 2013 sampai 30 Agustus 2013 di Laboratorium
Farmasetika Institute Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
b.
Tempat Penelitian
Tempat dilaksanakan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini
adalah di laboratorium Farmasetika Fakultas Farmasi Prodi D-III Institut ilmu
Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
E. Alat dan Bahan
a.
Alat
a.
Timbangan gram dan anak timbangan gram
b.
Timbangan miligram dan anak timbangan
miligram
c.
Kertas perkamen
d.
Cawan penguap
e.
Kawat penyangga
f.
Batang pengaduk
g.
Water bath
h.
Pipa kapiler
i.Beaker glass
j.Kasa dan kaki tiga
b.
Bahan
a.
Oleum cacao (Lemak Coklat)
b.
Cera flava (Malam kuning)
F. Formulasi Dasar Suppositoria.
a. Formulasi dasar suppositoria Oleum cacao
1.
R/ Oleum cacao 3g
m.f.
Supp
b.Formulasi yang mau
diamati
1.
Oleum cacao dengan Cera flava 3%
R/
Cera flava 3%
Oleum cacao ad 3g
m.f. Suppo
Penimbangan :
R/ Cera flava 0,09g
Oleum cacao 2,91g
2.
Oleum cacao dengan Cera flava 3%
R/
Cera flava 5%
Oleum cacao ad 3g
m.f. Suppo
Penimbangan :
R/
Cera flava 0,15g
Oleum cacao 2,85g
G. Prosedur kerja
1.
Oleum
cacao.
a. Prosedur kerja pembuatan Suppositoria Oleum
cacao.
1.
Disetarakan timbangan.
2.
Ditimbang Oleum cacao.
3.
Masukan
ke dalam cawan, leburkan diatas waterbath sampai meleleh.
4.
Kemudian celupkan pipa kapiler kedalam cawan
yang berisi leburan hingga batas yang ditentukan.
5.
Karena mudah meleleh di masukan lemari
pendingin, biarkan leburan mengental dan mengeras dalam pipa kapiler.
b. Cara penentuan titik lebur
1.
Siapkan beaker glass yang telah diisi dengan
air.
2.
Masukan Pipa kapiler kedalam beaker glass
sampai tercelup air, pasang termometer air kedalam beaker glass.
3.
Panaskan dengan lampu spiritus.
4.
Waktu Isi kapiler naik atau mencair,
suhunya(titik lebur) dicatat.
2.
Oleum
cacao dengan penambahan Cera flava.
a. Prosedur
kerja pembuatan Suppositoria Oleum cacao dengan penambahan Cera flava 3% dan
5%.
1.
Disetarakan timbangan.
2.
Ditimbang Oleum cacao dan Cera flava.
3.
Masukan ke dalam cawan, leburkan diatas
waterbath sampai meleleh.
4.
Kemudian celupkan pipa kapiler kedalam
cawan yang berisi leburan hingga batas yang ditentukan.
5.
Karena mudah meleleh di masukan lemari
pendingin, biarkan leburan mengental dan mengeras dalam pipa kapiler.
b. Cara penentuan titik
lebur
1.
Siapkan beaker glass yang telah diisi
dengan air.
2.
Masukan Pipa kapiler kedalam beaker
glass sampai tercelup air, pasang termometer air kedalam beaker glass.
3.
Panaskan dengan lampu spiritus.
4.
Waktu Isi kapiler naik atau mencair, suhunya(titik
lebur) dicatat.
H. Variabel Penelitian dan Definisi
Operasional Variabel
1.
Variabel independen (Pengaruh, Bebas,
Stimulus, Prediktor)
Merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat).Dalam
penelitian ini, yang bertindak sebagai variabel independen adalah Cera flava.
2.
Variabel dependen (Dipengaruhi, Terikat,
Output, Kriteria, Konsekuen)
Merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat, karena adanya variabel bebas.Dalam penelitian ini, yang bertindak sebagai variabel independen adalah Titik lebur Oleum cacao.
Merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat, karena adanya variabel bebas.Dalam penelitian ini, yang bertindak sebagai variabel independen adalah Titik lebur Oleum cacao.
Dalam pengamatan yang saya lakukan adalah
Pengamatan titik lebur pada bahan dasar Suppositoria Oleum cacao dengan
penambahan Cera flava 3% dan 5%.Penambahan Cera flava termasuk dalam Variabel
independen yang merupakan pengaruh titik lebur pada bahan dasar suppositoria
oleum cacao.Dan yang termasuk dalam Variabel dependen adalah bahan dasar
Suppositoria yaitu Oleum Cacao.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN
A.
Hasil Penelitian
Tabel 4.1
Dari sampel
dasar Suppositoria yang telah di lakukan uji titik leburnya di dapatkan hasil
sebagai berikut.
Titik lebur Oleum Cacao
Bahan Dasar Suppositoria
|
Titik Lebur (°C)
|
X(°C)
|
|||||
Oleum Cacao
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
Skala
|
35
|
36
|
34
|
35
|
34
|
34
|
34,66
|
Tabel 4.2
Titik lebur Campuran Oleum
cacao dengan Cera flava 3% &5%.
Bahan Dasar Suppositoria
|
Titik lebur (°C)
|
X(°C)
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
Skala
|
|
Campuran Oleum Cacao
dengan Cera flava 3%
|
30
|
32
|
31
|
30
|
32
|
33
|
31,33
|
Campuran Oleum Cacao
dengan Cera flava 5%
|
36
|
36
|
35
|
37
|
37
|
35
|
36
|
Perhitungan titik lebur :
1.
Oleum cacao
35 + 36 + 34 + 35 + 34 + 34 = 208
= 34,66
6 6
2.
Oleum cacao dengan Cera
Flava 3%
30 + 32 + 31 + 30 + 32 + 33 = 188 = 31,33
6 6
3.
Oleum cacao dengan Cera
flava 5%
36 + 36 + 35 + 37 + 37 + 35 = 216 = 36
6 6
BAB V
PEMBAHASAN
Telah dilakukan pengamatan pada bahan
dasar suppositoria Oleum Cacao, campuran dasar Oleum Cacao dengan Cera Flava 3%
dan Campuran dasar Oleum Cacao dengan Cera Flava 5% dilihat dari titik
leburnya.
Oleum Cacao mempunyai titik lebur
dibawah suhu tubuh untuk menaikan titik lebur dapat ditambahkan bahan yang
menaikan titik lebur, salah satu contoh bahan yang dapat menaikan titik lebur
Oleum Cacao adalah Cera Flava, karena titik lebur Cera Flava yang tinggi dapat
membantu menaikan titik lebur Oleum Cacao agar sesuai dengan suhu tubuh.
Penelitian ini menggunakan Cera Flava
dengan konsentrasi 3% pada Formula II dan 5% pada Formula III. Hal ini
dikarenakan penambahan Cera Flava tidak boleh lebih dari 6% sebab akan
memperoleh campuran yang mempunyai titik lebur diatas 37°C dan tidak boleh
kurang dari 4% karena akan memperoleh titik lebur di bawah titik leburnya
(<33°C).
Suppositoria Formula I dibuat dengan
jalan timbang Oleum Cacao dimasukan dalam cawan lebur diatas waterbath aduk
sampai lebur dan angkat kemudian ambil Pipa kapiler masukan leburan kedalam
Pipa kapiler hingga batas minimal 3cm dimasukan lemari pendingin dan biarkan
mengental dan mengeras kemudian dikeluarkan dan dimasukan kedalam Beaker glass
yang telah diisi air dipanaskan dengan lampu spiritus kemudian waktu isi
kapiler naik atau mencair suhunya dicatat. Sedangkan Formulasi II dan III
dibuat dengan jalan timbang Oleum Cacao dan Cera Flava 3% dan 5% dimasukan
dalam cawan lebur diatas waterbath aduk sampai lebur dan angkat kemudian ambil
Pipa kapiler masukan leburan kedalam Pipa kapiler hingga batas minimal 3cm
dimasukan lemari pendingin dan biarkan mengental dan mengeras kemudian
dikeluarkan dan dimasukan kedalam Beaker glass yang telah diisi air dipanaskan
dengan lampu spiritus kemudian waktu isi kapiler naik atau mencair suhunya
dicatat.
Hasil penelitian terhadap suhu tubuh
masing – masing suppositoria dengan konsentrasi Cera Flava yang berbeda
didapatkan data bahwa titik lebur dari Formula I adalah 34,66°C, Formula II
31,33°C sedangkan Formula III 36°C, dari ke III Formulasi diatas Formula III
adalah Formula yang paling baik karena titik leburnya mendekati suhu tubuh.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa
semakin tinggi konsentrasi Cera Flava yang digunakan dalam pembuatan bahan
dasar suppositoria maka titik leburnya juga semakin mempunyai peran penting
dalam titik lebur Oleum Cacao.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian titik lebur
Formulasi – Formulasi terbaik adalah Formulasi III dengan konsentrasi Cera
Flava 5% mempunyai titik lebur 36% yang mendekati suhu tubuh dan dari ke III
Formulasi tersebut tidak ada yang memenuhi syarat suhu lebur bagi suppositoria.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi Cera Flava
yang digunakan dalam pembuatan bahan dasar suppositoria maka titik leburnya
juga semakin tinggi.
B. Saran
Dari kesimpulan diatas disarankan untuk
penelitian selanjutnya dilakukan penelitian lebih lanjutdengan menggunakan
konsentrasi Cera flava yang berbeda untuk mendapatkan titik lebur yang sesuai
dengan suhu tubuh yaitu 37°C.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard C 1989. Terjemahan Buku Teknologi Farmasi Edisi
IV, Jakarta :UI Press, Hal 586-590.
Ansel, Howard C 1989. Terjemahan Buku Teknologi Farmasi Edisi
IV, Jakarta :UI Press, Hal 591.
Ansel, Howard C 1989. Terjemahan Buku Teknologi Farmasi Edisi
IV, Jakarta :UI Press, Hal 592.
Anief, Moh. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press, Hal 158.
Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press, Hal 158.
Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press, Hal 160.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1979, Farmakope Indonesia, Edisi III
Jakarta : Dirjen POM, Hal 453.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1995, Farmakope Indonesia, Edisi III
Jakarta : Dirjen POM, Hal 17.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1995, Farmakope Indonesia, Edisi III
Jakarta : Dirjen POM, Hal 1032.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta
: Rineka Cipta.
LAMPIRAN 1
PENGESAHAN PRAKTIKUM
NAMA : HENRI KURNIADI
NIM : 30310026
BIDANG
MINAT : FARMASETIKA
JUDUL : PENGAMATAN TITIK LEBUR PADA BAHAN DASAR SUPPOSITORIA OLEUM CACAO DENGAN
PENAMBAHAN CERA FLAVA 3% DAN 5%
Menerangkan bahwa mahasiswa diatas
telah melakukan praktikum di Laboratorium Farmasetika Fakultas Farmasi Institut
Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri pada 28 Agustus 2013.
Mengetahui
Pembimbing
Teori Pembimbing Praktikum
Dra.
Nur Rochmah, Apt Tri Lupi,
S.Pd. Kim
Kepala Laboratorium
Tri Lupi Setyorini, S.Pd. Kim
Comments