Skip to main content

Mahasiswa Sains Teknologi Farmasi Hasilkan Produk Kesehatan dari Alam Sekitar

BANDUNG itb.ac.id - Berawal dari pemikiran menggelitik mengenai bahan alam melimpah yang penggunaanya belum optimal, Arsy, Ifan, dan Riri  (Sains Teknologi Farmasi '10 ) berusaha untuk memanfaatkan tanaman Anredera cordifolia menjadi produk kesehatan yang efektif digunakan untuk pengobatan luka ringan. "Banyak tanaman di sekitar kita yang berguna.  Anredera cordifolia keberadaanya melimpah di alam sekitar, mudah ditemukan di dataran tinggi maupun di dataran rendah serta di lingkungan rumah, namun masih sedikit yang memanfaatkan tanaman tersebut, padahal menurut literatur  Anredera cordifolia lebih efektif  digunakan dalam pengobatan luka ringan daripada iodine dengan konsentrasi 50%,"  tutur Arsy. Produk kesehatan yang diberi nama AC-Spray (Anredera cordifolia-Spray) telah dipamerkan dan dipresentasikan dalam Lomba Produk Kesehatan Nasional (LPKN) pada acara Pharmacy on Innovation 2013 bersama dengan 7 produk kesehatan lain hasil karya mahasiswa farmasi seluruh Indonesia.

Proses pembuatan AC-Spray diawali dengan pengambilan tanaman yang kemudian dikeringkan dengan media sinar matahari hingga terbentuk simplisia ,bahan alami yang digunakan sebagai bahan dasar obat dan belum mengalami pengolahan apapun. Simplisia kemudian di ekstraksi dengan metode maserasi (perendaman dalam pelarut etanol) selama 24 jam. Hasil ekstraksi tersebut lalu disaring dan diuapkan hingga seluruh etanol menguap, dan diperoleh hasil akhir berupa ekstrak murni. Ekstrak murni kemudian dicampurkan  dengan gelling agent dan beberapa zat tambahan yang telah dibuat sebelumnya pada proses terpisah sehingga gel memiliki karakter yang dikehendaki dan  dapat digunakan secara optimum. Hasil pencampuran gelling agent, bahan tambahan, dan ekstrak murni kemudian disesuaikan dengan konsentrasi dan kekentalan yang diinginkan serta dikemas dalam sebuah botol semprot berkapasitas 30 ml.

Produk kesehatan yang memperoleh juara 2 dalam LKPN garapan Himpunan Mahasiswa Farmasi ITB (HMF 'Ars Praeparandi' ITB) November lalu ini digunakan dengan cara menyemprotkan produk pada bagian luka.  Tim pembuat AC-Spray mengatakan bahwa 5 cm merupakan jarak terbaik untuk menyemprotkan AC-Spray ke bagian luka yang akan diobati. 5 cm dikatakan menjadi jarak semprot optimum agar AC-Spray tidak terkonsentrasi pada satu titik sebagaimana bila penyemprotan dilakukan terlalu dekat. Apabila penyemprotan dilakukan dengan jarak terlalu jauh, penyebaran produk menjadi terlalu luas dan tidak efektif.

Setelah disemprotkan pada bagian tubuh yang terluka, kandungan obatnya akan membentuk lapisan film tipis yang menutupi bagian luka tersebut. Penyemprotan dipilih menjadi metode perantara yang menghubungkan produk dengan luka, karena penyemprotan tidak memerlukan media aplikator penghubung luka dengan produk. Penggunaan aplikator dinilai tidak efektif karena aplikator berisiko terkontaminasi zat berbahaya saat digunakan. Selain itu, metode penetesan seperti obat tetes dinilai kurang efektif daripada metode semprot, karena metode penetesan memiliki potensi lebih besar untuk menyebarkan produk  ke bagian yang bukan luka sehingga tidak efisien, terlebih lagi apabila produk digunakan pada bagian tubuh yang sulit dijangkau dan bagian lipatan tubuh seperti siku dan lutut.

Bicara tentang harapan di masa depan, tim AC-Spray berharap produk ini dapat menstimulasi orang lain untuk mengaplikasikan keilmuan yang dimiliki dalam pemanfaatan sumber daya alam sekitar. Selain itu, mereka juga berharap  Indonesia dapat memiliki produk kesehatan sendiri. "Benar-benar manfaatkan alam sekitar, banyak tanaman di alam sekitar yang berguna. Semangat berinovasi dan kreativitas," tutur Arsy sebelum mengakhiri wawancara.


Oleh : Adhitia Gesar Hanafi, Reksy Indra Rakasiwie, dan Annisa Mienda C. (ITB Journalist Apprentice 2013)
Sumber foto : Panitia Pharmanova 2013 dan tim AC-Spray
Berita Lainnya : ITB dan Pertamina Selenggarakan Seleksi OSN-Pertamina 2013 Tingkat Provinsi

Comments

Popular posts from this blog

UJI EFEKTIVITAS AIR PERASAN BUAH NANAS (Ananas comosus (L.) Merr.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL DAN TRIGLISERIDA DARAH MENCIT (Mus musculus L.) SERTA SUMBANGANNYA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

UJI EFEKTIVITAS AIR PERASAN BUAH NANAS (Ananas comosus (L.) Merr.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL DAN TRIGLISERIDA DARAH MENCIT ( Mus musculus L.) SERTA SUMBANGANNYA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Yeni Rusmila Dewi 1 , Lucia Maria Santoso 2 , Mgs. M. Tibrani 3 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sriwijaya 2,3 Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sriwijaya Email : yd_roesmil@yahoo.com   ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang uji efektivitas air perasan buah nanas ( Ananas comosus L.Merr) terhadap kadar kolesterol total dan trigliserida darah mencit ( Mus musculus L.). Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui pengaruh air perasan buah nanas dalam menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida darah Mencit . Metode penelitian ini adalah penelitian experimental yang menggunakan 25 ekor mencit galur Sub-Swiss Webster, usia 3-4 bulan, berat badan berkisar antara 31-4...

UJI BIOAVAILABILITAS – BIOEKIVALENSI

UJI BIOAVAILABILITAS – BIOEKIVALENSI Pengertian Bioavailabilitas dan Bioekivalensi Bioavailabilitas adalah Persentase dan kecepatan zat aktif dalam suatu produk obat yang mencapai / tersedia dalam sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh/ aktif setelah pemberian produk obat tersebut, diukur dari kadarnya dalam darah terhadap waktu atau dari ekskresinya dalam urin. Bioavailabilitas absolut: bila dibandingkan dengan sediaa intravena yang bioavailabilitasnya 100% Bioavailabilitas relatif : bila dibandingkan dengan sediaan bukan intravena. Bioekivalensi Dua produk obat disebut bioekivalen jika keduanya mempunyai ekivalensi farmaseutik atau merupakan alternatif farmaseutik dan pada pemberian dengan dosis moral yang sama akan menghasilkan biovailabilitas yang sebanding sehingga efeknya akan sama, dalam hal efikasi maupun keamanan. Jika bioavailabilitas nya tidak memenuhi kriteria bioekivalen maka kedua produk obat tersebut disebut bioinekivalen . A.    ...

SKRINING FITOKIMIA DAN ISOLASI SENYAWA FLAVONOID DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon aristatus)

SKRINING FITOKIMIA DAN ISOLASI SENYAWA FLAVONOID DAUN KUMIS KUCING ( Orthosiphon aristatus ). Ahmad Fauzi 10111053 Tingkat III / Semester V Fakultas S1 Farmasi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri 2013/2014 ABSTRAK Telah dilakukan skrining fitokimia dan uji kromatografi senyawa flavonoid pada tumbuhan daun kumis kucing ( Orthosiphon aristatus ) dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol 96%. Simplisia daun kumis kucing dimaserasi selama 2 hari dan didapat ekstrak kental sebanyak 565,98mg. Uji skrining fitokimia menggunakan uji Wilstater dan uji Bathe- Smith. Uji Wilstater : Isolat ditambahakan 2-4 tetes HCl pekat dan 2-3 potong kecil logam Mg, perubahan warna terjadi dari warna hijau tua menjadi merah jingga yang menunjukkan positif senyawa flavon. Uji Bathe-Smith Isolat ditambahkan HCl pekat lalu dipanaskan dengan waktu 15 menit di atas penangas air terjadi perubahan warna merah tua yang menunjukkan isolat positif flavonon. Selanjutnya...