Skip to main content

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM SEDIAAN HERBAL FORMULASI SEDIAAN KRIM ANTI BAKTERI dari EKSTRAK ETANOL DAUN KAMBOJA (Plumeria acuminata Ait)



LAPORAN RESMI PRAKTIKUM SEDIAAN HERBAL
FORMULASI SEDIAAN KRIM ANTI BAKTERI
dari EKSTRAK ETANOL DAUN KAMBOJA (Plumeria acuminata Ait)



Disusun oleh :
Ahmad Fauzi
10111053
Tingkat III / Semester VI
S1 Farmasi

FAKULTAS S1 FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2014/2015
PENDAHULUAN

I.1        Latar Belakang
            Infeksi bakteri merupakan faktor utama penyebab kegagalan pertumbuhan luka (Lazarus et al. 1994). Staphylococus aureus merupakan salah satu bakteri penting yang dapat menginfeksi luka, selain Staphylococus pyogenesis, Corynebacterium sp,. Escherichia coli dan Pseudomonas aureginosa (Kumar et al. 2006). Staphylococus aureus adalah bakteri garam positif yang merupakan anggota flora normal kulit dan selaput lendir manusia. Bakteri Staphylococus aureus cepat menjadi resisten terhadap banyak zat antimikroba sehingga sering menimbulkan masalah dalam pengobatannya (Jawetz et al. 1986).
            Tanaman obat merupakan sumber utama ditemukannya senyawa kimia baru dengan efek terapetik. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari tanaman obat yang dimanfaatkan untuk penyembuhan luka yang disebabkan infeksi. Tanaman kamboja atau Plumeria acuminata Ait (Apocinaceae) merupakan tanaman tradisional yang dilaporkan mempunyai berbagai khasiat, antara lain daunnya sebagai pencahar dan anti gatal, buah dan kulit batangnya dilaporkan berefek antiinflamasi (Gupta et al. 2006). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat daun kamboja menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap S. Aureus (Anggraeni 2009).
            Sediaan krim memiliki keunggulan dalam daya tahan yang lama dibandingkan sediaan setengah padat yang lain. Krim merupakan emulsi yang mengandung air tidak kurang 60% dan dimaksutkan untuk penggunaan luar. Dalam penggunaannya sediaan krim sangat cocok dikombinasikan dalam formulasi sediaan herbal antibakteri untuk kulit seperti jerawat, bisul, luka dan gatal-gatal.
I.2        TUJUAN PRAKTIKUM
            Mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan ekstrak etanol daun kamboja dengan metode sokletasi dan memahami tetang cara formulasi dan pembuatan sediaan herbal krim antibakteri dari ekstrak etanol daun kamboja.

I.3        RUMUSAN MASALAH
            1.         Bagaimanakah cara membuat ekstrak etanol daun kamboja ?
            2.         Bagaimanakah cara membuat formula krim dari ekstrak etanol daun kamboja ?
I.4        MANFAAT PENELITIAN
            Mahasiswa dapat memahami cara pengolahan sediaan herbal dalam bentuk krim dan mengetahui tentang kasiat daun kamboja sebagai antibakteri terutama Staphylococus aureus.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1      DASAR TEORI
            A.        BAKTERI
                        Pengertian Bakteri
Bakteri dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok raksasa dari organisme hidup. Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniselular (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa nukleus/inti sel, cytoskeleton, dan organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Struktur sel mereka dijelaskan lebih lanjut dalam artikel mengenai prokariota, karena bakteri merupakan prokariota, untuk membedakan mereka dengan organisme yang memiliki sel lebih kompleks, disebut eukariota. Istilah "bakteri" telah diterapkan untuk semua prokariota atau untuk kelompok besar mereka, tergantung pada gagasan mengenai hubungan mereka.
Bakteri adalah yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Mereka tersebar (berada di mana-mana) di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari organisme lain. Banyak patogen merupakan bakteri. Kebanyakan dari mereka kecil, biasanya hanya berukuran 0,5-5 μm, meski ada jenis dapat menjangkau 0,3 mm dalam diameter (Thiomargarita). Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel hewan dan jamur, tetapi dengan komposisi sangat berbeda (peptidoglikan). Banyak yang bergerak menggunakan flagela, yang berbeda dalam strukturnya dari flagela kelompok lain. Bakteri pertama ditemukan oleh Anthony van Leeuwenhoek pada 1674 dengan menggunakan mikroskop buatannya sendiri. Istilah bacterium diperkenalkan di kemudian hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον yang memiliki arti "small stick".
Klasifikasi Bakteri
Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagel dan fimbria yang digunakan untuk bergerak, melekat dan konjugasi. Beberapa bakteri juga memiliki kapsul yang beperan dalam melindungi sel bakteri dari kekeringan dan fagositosis. Struktur kapsul inilah yang sering kali menjadi faktor virulensi penyebab penyakit, seperti yang ditemukan pada Escherichia coli dan Streptococcus pneumoniae.
Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom, dan beberapa spesies lainnya memiliki granula makanan, vakuola gas, dan magnetosom. Beberapa bakteri mampu membentuk diri menjadi endospora yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada lingkungan ekstrim.
Clostridium botulinum merupakan salah satu contoh bakteri penghasil endospora yang sangat tahan suhu dan tekanan tinggi, dimana bakteri ini juga termasuk golongan bakteri penyebab keracunan pada makanan kaleng.
1.         Klasifikasi bakteri berdasarkan bentuk tubuh:
a.         Bakteri Kokus (bulat)
·    Monokokus berupa sel bakteri kokus tunggal. Contoh: Chlamydia trachomatis (penyebab penyakit mata).
·         Diplokokus berupa dua sel bakteri kokus berdempetan. Contoh : Diplococcus pnemoniae (penyebab penyakit pneumonia), Neisseria gonorhoeae (penyebab penyakit kelamin raja singa).
·         Tetrakokus berupa empat sel bakteri kokus berdempetan berbentuk segi empat. Contoh : pediococcus cerevisiae.
·         Sarkina berupa delapan sel bakteri kokus berdempetan berbentuk kubus. Contoh : thiosarcina rosea (bakteri belerang).
·         Streptokokus berupa lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan membentuk rantai. Contoh : streptococcus mutans (penyebab gigi berlubang).
·         Stafilokokus berupa lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan membentuk seperti buah anggur. Contoh : staphylococcus aureus (penyebab penyakit radang paru-paru).
b.         Bakteri Basil (batang)
·     Basilus/monobasil berupa sel bakteri basil tunggal. Contoh : eschericcia coli (bakteri usus besar manusia), propionibacterium acnes (penyebab jerawat).
·         Diplobasil berupa dua sel bakteri basil berdempetan.
·         Streptobasil berupa sel bakteri basil berdempetan membentuk rantai. Contoh : azotobacter (bakteri tanah yang mengikat nitrogen) ,bacillus anthracis (penyebab penyakit antraks pada hewan ternak).
c.         Bakteri Spirilia
·     Spiral bentuk sel bergelombang. Contoh: thiospirillopsis floridina (bakteri belerang).
·         Bakteri vibrio (koma) bentuk sel seperti tanda baca koma. Contoh : vibrio cholera (penyebab penyakit kolera).
·         Bakteri spiroseta bentuk sel seperti sekrup. Contoh: treponema pallidum (penyebab penyakit kelamin sifilis).

2.                  Klasifikasi bakteri berdasarkan kedudukan alat gerak 
a.        Monotrik monotrik, berflagel satu pada salah satu ujung tubuh bakteri. Contoh: pseudomonas araginosa.
b.       Amfitrik amfitrik, flagel masing-masing satu pada kedua ujung tubuh bakteri. Contoh : spirillium serpen.
c.    Lofotrik lofotrik, berflagel banyak pada salah satu ujung tubuh bakteri. Contoh: pseudomonas flourencens.
d.   Peritrik peritrik, berflagel banyak pada semua sisi tubuh bakteri. Contoh: salmonella thypii.
3.                 Klasifikasi bakteri berdasarkan pewarnaan Gram
a.         Bakteri gram-positif memiliki dinding sel yang lebih sederhana, banyak mengandung peptidoglikan. Misalnya bakteri Micrococcus, Staphylococcus, Leuconostoc, Pediococcus dan Aerococcus.
b.         Bakteri gram-negatif memiliki dinding sel yang lebih kompleks, kandungan peptidoglikan lebih sedikit. Misalnya bakteri Escherichia, Citrobacter, Salmonella, Shigella, Enterobacter, Vibrio, Aeromonas, Photobacterium, Chromabacterium, Flavobacterium.

4.         Klasifikasi bakteri berdasarkan kebutuhan oksigen
a.                 Bakteri aerob membutuhkan oksigen bebas untuk mendapatkan energi. Misalnya Nitrosomonas, Nitrobacter, Nitrosococcus.
b.        Bakteri anaerob tidak membutuhkan oksigen bebas untuk mendapatkan energi. Misalnya Micrococcus denitrificans.

5.         Klasifikasi bakteri berdasarkan cara memperoleh makanan (bahan organik)
a.         Autotrof adalah bakteri yang dapat menyusun makanan sendiri dari bahan-bahan anorganik. Berdasarkan sumber energinya bakteri autotrof dibedakan menjadi :
                                                        ·              Fotoautotrof (sumber energi dari cahaya)
                                                        ·              Kemoautotrof (sumber energi dari hasil reaksi kimia).
b.        Heterotrof adalah bakteri yang tidak dapat menyusun makanan sendiri. Bakteri ini memanfaatkan bahan organik jadi yang berasal dari organisme lain. Bakteri yang termasuk kedalam bakteri heterotrop adalah bakteri yang bersifat parasit dan saprofit, yaitu bakteri yang mendapat makanan dengan menguraikan sisa-sisa organisme.

Struktur Tubuh Bakteri
Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu:
1.         Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri).
·           Dinding sel tersusun dari peptidoglikan yaitu gabungan protein dan polisakarida (ketebalan peptidoglikan membagi bakteri menjadi bakteri gram positif bila peptidoglikannya tebal dan bakteri gram negatif bila peptidoglikannya tipis).2. Membran plasma adalah membran yang menyelubungi sitoplasma tersusun atas lapisan fosfolipid dan protein.
·           Sitoplasma adalah cairan sel.
·           Ribosom adalah organel yang tersebar dalam sitoplasma, tersusun atas protein dan RNA.
·           Granula penyimpanan, karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang dibutuhkan.
2.         Struktur tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu), Meliputi kapsul, flagelum, pilus, fimbria, klorosom, Vakuola gas dan endospora.
·           Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan di luar dinding sel pada jenis bakteri tertentu, bila lapisannya tebal disebut kapsul dan bila lapisannya tipis disebut lapisan lendir. Kapsul dan lapisan lendir tersusun atas polisakarida dan air.
·           Flagelum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral yang menonjol dari dinding sel.
·                     Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol dari dinding sel, pilus mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter lebih kecil dan tersusun dari protein dan hanya terdapat pada bakteri gram negatif. Fimbria adalah struktur sejenis pilus tetapi lebih pendek daripada pilus.
·                     Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan mengandung pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis. Klorosom hanya terdapat pada bakteri yang melakukan fotosintesis.
·                     Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan berfotosintesis.
·                     Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri gram positif dan terbentuk didalam sel bakteri jika kondisi tidak menguntungkan bagi kehidupan bakteri. Endospora mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan ribosom. Dinding endospora yang tebal tersusun atas protein dan menyebabkan endospora tahan terhadap kekeringan, radiasi cahaya, suhu tinggi dan zat kimia. Jika kondisi lingkungan menguntungkan endospora akan tumbuh menjadi sel bakteri baru.

B. ANTIBAKTERI
     Pengertian Antibakteri
            Antibakteri adalah zat yang digunakan untuk membasmi bakteri khususnya yang merugikan manusia. Pengendalian pertumbuhan mikroorganisme pada inang yang terinfeksi dan mencegah pembusukan serta kerusakan bahan oleh mikroorganisme (Sulistyo, 1971).
Menurut Madigan dkk (2000), berdasarkan sifat toksisitas sel aktifnya senyawa antimikroba mempunyai 3 macam efek terhadap pertumbuhan mikroba yaitu :
1.         Bakteriostatik  :           menghambat pertumbuhan bakteri tetapi tidak membunuh sel. ( Menghambat sintesis protein atau meningkatkan ribosom ).
2.         Bakterisida      :           Membunuh sel bakteri tetapi tidak terjadi lisi sel atau pecah sel. Antibiotik yang bersifat bakterisid adalah golongan sefalosporin, Rifampicin, aminoglikosid, Isoniazid dan Kotrimoxazol.
3.         Bakteriolitik    :           Menyebabkan sel menjadi lisis/pecah sehingga jumlah sel berkurang.
Menurut Aulia (2008), Antibakteri adalah obat atau senyawa kimia yang digunakan untuk membasmi bakteri, khususnya bakteri yang bersifat merugikan manusia.

Mekanisme Kerja Antibakteri
                        Beberapa istilah yang digunakan untuk menjelaskan proses pembasmian bakteri yaitu germisid, bakterisid, bakteriostatik, antiseptik dan desinfektan. Mekanisme kerja obat antimikroba tidak sepenuhnya dimengerti, namun mekanisme aksi ini dapat dikelompokkan dalam empat hal utama :
1.         Penghambatan Sintesis Dinding Sel Bakteri
                        Langkah pertama kerja obat berupa pengikatan obat pada reseptor sel (beberapa diantaranya adalah enzym transpeptida). Kemudian dilanjutkan dengan reaksi transpeptidase dan sintesis peptidoglikan terhambat. Mekanisme ini diakhiri dengan pembuangan atau penghentian enzym autolisis pada dinding sel. Pada lingkungan yang isotonis lisis terjadi pada lingkungan yang jelas hipertonik, mikroba berubah menjadi protoplast atau seroflaks yang hanya tertutup oleh selaput sel yang rapuh. Sebagai contoh antibakteri dengan mekanisme kerja diatas adalah penicillin, sefalosporin, vankomisin, basitrasin, sikloserin dan ampicilline.
2.         Penghambatan Keutuhan Permeabilitas Dinding Sel Bakteri
                        Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh selaput sitoplasma yang bekerja sebagai penghalang dengan permeabilitias selektif, melakukan fungsi pengangkutan aktif sehingga dapat mngendalikan susunan sel. Bila integritas fungsi selaput sitoplasma terganggu misalnya zat bersifat surfaktan sehingga permeabilitas dinding sel berubh atau bahkan rusak, maka komponen penting seperti protein, asam nukleat, nukleotida dan lain-lain keluar dari sel dan sel berangsur-angsur mati. Contoh : Amfoterisin B, Kolistin, Polmiksin Imidazol dan Polien menunjukkan mekanisme kerja tersebut.
3.         Penghambat Sintesis Protein
                        Umumnya senyawa penghambat ini akan menyebabkan Staphylococus aureus salah membaca kode pada mRNA oleh tRNA (hambatan translasi dan transkripsi bahan genetik). Kloramphenicol erytromicin,lincomisin, tetrasikline dan aminoglikosida juga bersifat menghambat sintesis protein sel bakteri.
4.         Penghambat Sintesis Asam Nukleat
                        Senyawa antibakteri yang bekerja dengan senyawa ini, diharapkan mempunyai selektifitas yang tinggi, sehingga hanya sintesis asam nukleat yang dihambat. Umunya senyawa penghambat akan berikatan dengan enzym atau salah satu komponen yang berperan dalam tahapan sintesis, sehingga akhirnya reaksi akan terhenti karena tidak ada substrat yang direaksikan dan asam nukleat tidak dapat terbentuk.

                        Menurut Fatmawaty et al,(2009) kandungan kimia dalam daun yang diduga bersifat antibakteri adalah flavonoid. Mekanisme kerjanya sebagai antibakteri yaitu dengan membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut dengan dinding mikroba. Kemungkinan lain adalah flavonoid berperan secara langsung dengan mengganggu fungsi sel mikroorganisme dan penghambatan siklus sel mikroba.










            C.        TINJAUAN BAKTERI Staphylococus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram Positif, tidak bergerak, tidak berspora dan mampu membentuk kapsul, berbentuk kokus dan tersusun seperti buah anggur. Ukuran Staphylococcus berbeda-beda tergantung pada media pertumbuhannya. Apabila ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcus memiliki diameter 0,5-1,0 mm dengan koloni berwarna kuning. Dinding selnya mengandung asam teikoat, yaitu sekitar 40% dari berat kering dinding selnya. Asam teikoat adalah beberapa kelompok antigen dari Staphylococcus. Asam teikoat mengandung aglutinogen dan N-asetilglukosamin.
Staphylococcus aureus adalah bakteri aerob dan anaerob, fakultatif yang mampu menfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim koagulase, hyalurodinase, fosfatase, protease dan lipase. Staphylococcus aureus mengandung lysostaphin yang dapat menyebabkan lisisnya sel darah merah. Toksin yang dibentuk oleh Staphylococcus aureus adalah haemolysin alfa, beta, gamma delta dan apsilon. Toksin lain ialah leukosidin, enterotoksin dan eksfoliatin. Enterotosin dan eksoenzim dapat menyebabkan keracunan makanan terutama yang mempengaruhi saluran pencernaan. Leukosidin menyerang leukosit sehingga daya tahan tubuh akan menurun. Eksofoliatin merupakan toksin yang menyerang kulit dengan tanda-tanda kulit terkena luka bakar.
Stuktur Metabolic
a.         Metabolik eksotoksin
Kebanyakan toksin protein dipanggil eksotoksin kerana ia dibebaskan dari bakteria dan bertindak ke atas sel hos jauh dari tempat ia dihasilkan. Enterotoksin ialah satu kumpulan eksotoksin yang lazimnya bertindak ke atas saluran gastrousus. Kebanyakan eksotoksin dihasilkan semasa fasa eksponen pertumbuhan dan penghasilannya adalah spesifik untuk sesuatu strain. Toksin bakteria adalah antara racun paling kuat yang diketahui. Toksin-toksin protein mempunyai persamaan ciri dengan enzim dan amat spesifik terhadap substrat tertentu serta mekanisme tindakan masing-masing. Substrat ini mungkin terdiri dari komponen sel tisu, organ atau kecair tubuh.
Eksotoksin bersifat antigenik. Artinya, secara in vivo, aktivitasnya dapat dinetralkan oleh antibody yang spesifik untuk eksotoksin tersebut. Beberapa eksotoksin memiliki aktivitas sitotoksik yang sangat spesifik. Misalnya, toksin botulin yang hanya menyerang syaraf. Beberapa eksotoksin yang lain memiliki spektrum aktivitas yang lebih lebar dan menyebabkan kematian (nekrosis) dari beberapa sel dan jaringan (non spesifik) misalnya toksin yang diproduksi oleh staphylococci, streptococci, clostridia, dan sebagainya. Toksin dengan spektrum aktivitas yang lebar ini biasanya merusak membran sel inang dan menyebabkan kematian sel karena terjadinya kebocoran isi sel.Sitotoksin menyebabkan kerusakan secara intraseluler (didalam sitoplasma sel inang)
b.         Metabolik Endotoksin
Endotoksin adalah sebahagian dari dinding sel luar bakteria dan biasanya dikaitkan dengan bakteria Gram negatif kerana ia membentuk komponen membran luar sel bakteria tersebut. Aktiviti biologi endotoksin dikaitkan dengan lipopolisakarid (LPS). Ketoksikan LPS bergantung kepada komponen lipid A dan keimunogenan bergantung kepada komponen polisakarid. Antigen dinding sel (antigen O) bakteria Gram negatif merupakan komponen LPS. LPS sering terlibat dalam proses patologi bakteria Gram negatif. Struktur dinding sel bakteria Gram negatif ditunjukkan dalam rajah berikut:
Bakteria Gram negatif membebaskan kuantiti kecil endotoksin dalam bentuk larut tetapi sebahagian besarnya tergabung kepada sel dan dibebaskan apabila sel itu menjalani lisis. Jika dibandingkan dengan eksotoksin bakteria, endotoksin jauh kurang toksik dan kurang spesifik dalam tindakannya (kerana ia tidak bertindak sebagai enzim). Endotoksin adalah stabil haba (30 min, 100C).
            D.        TIINJAUAN TANAMAN KAMBOJA
Nama daerah   :           Kamboja
            Klasifikasi tanaman  :           Kingdom         :           Plantae
                                                            Divisi               :           Spermatophyta
                                                            Subdivisi         :           Angiospermae
                                                            Kelas               :           Dicotyledonae
                                                            Bangsa                        :           Apocynales
                                                            Suku                :           Apocynaceae
                                                            Marga              :           Plumeria
                                                            Jenis                :           Plumeria acuminata W.T Ait
            (Backer and Brink Jr, 1965 ; Tjitrosoepomo, 2000)

           
Uraian tanaman
            Tanaman kamboja mempunyai pohon dengan tinggi batang 1,5-6 meter, bengkok dan mengandung getah. Tumbuhan asal Amerika ini biasanya ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan, taman dan umumnya di daerah makam atau tumbuh secara liar. Ranting besar, bentuk daun berkelompok rapat pada ujung ranting, bertangkai panjang, memanjang berbentuk lanset,panjang daun 40 cm, lebar 6-12,5 cm, ujung meruncing, pangkal menjepit, tepi rata, tulang daun menyirip. (Steenis, 1976, Dalimartha, 1999).
            Kandungan Kimia
            Mengandung senyawa agoniadin, plumierid, asam plumerat, lipeol dan asam serotinat, plimireid merupakan suatu zat pahit beracun. Menurut Sastroamidjojo (1967), kandungan kimia getah tanaman ini adalah damar dan asam plumeria C10H10O5 (Oxymetyl dioxykaneelzuur) sedangkan kulit mengandung zat pahit beracun. Menurut Syamsul Hidayat dan Hutapea (1991) akar dan daun mengandung senyawa saponin, flavonoid dan polifenol. Selain itu daunnya juga mengandung alkaloid. Tumbuhan ini mengandung flavonoid Fulvoplumierin yang memperlihatkan daya mencegah pertumbuhan bakteri, selain itu juga mengandung minyak atsiri antara lain geraniol, farsenol, sitronelol, fentilalkohol dan linalol (Tambupalon, 1981).
            Fulvoplumierin.


            E.        SEDIAAN KRIM
Menurut Farmakope Indonesia III adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksutkan untuk pemakaian luar. Sedangkan menurut Farmakope Indonesia IV adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Ada 2 tipe sediaan krim yaitu :
1.         Tipe Air dalam Minyak.
2.         Tipe Minyak dalam Air.
Stabilitas krim rusak jika terganggu sistem campurannya, terutama disebabkan perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain.
            Keuntungan sediaan krim :
            1.         Mudah menyebar merata
            2.         Praktis
            3.         Lebih mudah dibersihkan atau dicuci terutapa tipe M/A.
            4.         Tidak lengket terutama tipe M/A.
            5.         Aman digunakan dewasa maupun anak-anak.
            6.         Memberikan rasa dingin terutama tipe A/M.
            7.         Bisa digunakan untuk kosmetik.
            8.         Meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit.
            Kekurangan Sediaan Krim :
            1.         Mudah kering.
            2.         Susah dalam pembuatannya, karena menggunakan panas.
            3.         Mudah pecah jika formulasi tidak tepat.
            4.         Pembuatan harus aseptik.
            Cara Pembuaatan sediaan krim
            Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-sama di penangas air pada suhu 70-75°C, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas, komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak. Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan pengadukan yang terus-menerus sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair (Munson, 1991).
            F.         PEMBUATAN MEDIA SECARA UMUM
            Media biakan adalah media steril yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme. Media biakan terdiri dari garam organik, sumber energi, vitamin dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Selain itu dapat pula ditambahkan komponen lain seperti senyawa organik dan senyawa kompleks lainnya. (Soeryowinoto, 1985).
Pembuatan medium nutrient agar (NA), menggunakan bahan utama beef ekstrak 5 gram, peptom 3 gram dan agar 3 gram. Pada awalnya pengamatan medium nutrient agar sebelum proses sterilisasi warna medium menjadi agak coklat. Pada pembuatan media ini digunakan pepton agar media cepat tumbuh, karena banyak mengandung N2 (Dwi Djoeputro, 1994). Agar yang digunakan dalam proses ini untuk mengentalkan medium, sama halnya dengan yang digunakan pada medium PDA yang juga berperan sebagai media tumbuh yang ideal bagi mikroba (Schlegel, 1993).
Media dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu :
1.         Berdasarkan asalnya, media dibagi atas :
a.         Media sintesis, yaitu media yang kandungan dan isi bahan yang ditambahkan diketahui secara terperinci. Contoh : glukosa, kalium fosfat dan Mg Fosfat.
b.         Media Non-Sintesis, yaitu media yang kandungan dan isinya tidak diketahui secara terperinci dan menggunakan bahan yang terdapat di alam. Contoh : Ekstrak daging, pepton (Lay,BW , 1994)
            2.         Berdasarkan kegunaannya dapat dibedakan menjadi :
a.         Media Selektif, yaitu media biakan yag mengandung paling sedikit satu bahan yang dapat menghambat perkembangan biakan mikroorganisme yang tidak diinginkan dan membolehkan perkembangbiakan mikroorganisme tertentu yang ingin diisolasi.
b.         Media Deferensial, yaitu media yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme dari berbagai jenis dalam suatu lempengan agar.
c.         Media Diperkaya, yaitu media yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme yag diperoleh dari lingkungan alami karena jumlah mikroorganisme yang ada terdapat jumlah sedikit (Kianto K, 2006).
BAB III
METODOLOGI

III.1     Pembuatan Simplisia
            A.        Pengumpulan Bahan
Daun kamboja segar dipetik di area pemakaman jl. K.H Wachid Hasyim Desa Bandar Lor Kecamatan Mojoroto Kabupaten Kediri Jawa Timur pada waktu sore hari. Daun yang dipilih berupa daun yang sudah tua dengan warna hijau tua atau hijau gelap.
            B.        Skema Pembuatan Simplisia daun Kamboja (Plumeria acuminata)
Daun Kamboja Segar

Dirajang kecil-kecil

Diangin-anginkan sampai kadar air berkurang

Diblender sampai halus

Simplisia Plumeria Folium
III.2     Pembuatan Ekstrak Daun Kamboja
Ekstrak daun kamboja dibuat dengan menggunakan metode soxhletasi, simplisia Plumeria Folium ditimbang sebanyak 25 gram dan kemudian disoxhletasi dengan pelarut etanol 70% sebanyak 350 ml sampai 3 kali sirkulasi. Kemuadian didapat filtrat cair daun kamboja dan diuapkan.
III.3     Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Daun Kamboja
            A.        Dosis yang digunakan :           25% b/v.
                        Konversi                      :           Kelinci à Mencit (0,04)
                                                                        25% x 0,04 = 1 %
                        Bobot Sediaan                        :           20 gram
                        Sediaan                       :           Krim
Alasan pemilihan sediaan :      Karena sediaan ditujukan untuk pemakaian topical , dan sedangkan sediaan krim memiliki daya tahan yang lebih lama dari pada sediaan setengah padat lainnya, serta dapat digunakan untuk segala usia.
            B.        Formula
                        R/        Ekstrak Daun Kamboja                       1%
                                    Stearic Acid                                        13%
                                    Stearyl Alkohol                                   1%
                                    Cetyl Alkohol                                     1%
                                    Gliserine                                              10%
                                    Metil paraben                                      0,1%
                                    Propyl Paraben                                    0,05%
                                    Pottasium Hydroxid                           0,9%
                                    Purryfied water           Qs        ad        100%
                                    Mf Cream
                                    Sue
            C.        Pemerian Bahan
            1.         Asam Stearat
                        Sinonim                       :           Crosterene, Stearic Acid, Hystrene.
                        Rumus Empiric           :           C18H36O2
                        BM                              :           284,47.
                        Struktur                       :           CH3(CH2)16­COOH
                        Fungsi                         :           Pengemulsi, Solubilizing Agent
                        Ointment/Krim            :           1-20%.
                        Pemerian                     :           Kristal atau serbuk putih atau kuning bau lemah.
Kelarutan                      :           Benzen larut, Etano propilen glikol dapat larut, praktis tidak larut dalam air.
            2.         Stearyl Alcohol ( Handbook of Pharmaceutical Excipient : 151 ).
                        Sinonim           :           Cotostearyl Alcohol
Pemerian         :           Putih atau hampir putih atau granul larut dalam etanol.
                        Titik lebur        :           57o-60o C.
                        Fungsi             :           Pelembut.
            3.         Cetyl Alkohol ( Handbook of Pharmaceutical Excipient : 155 ).
                        Sinonim           :           n-Hexadecyl alcohol, palmity alkohol
                        Rumus Empiris:           C16H34O
                        BM                  :           242,44
                        Struktur           :           CH3(CH2)14CH2OH.
Fungsi             :            Pembasah 5%, Pengemulsi 2-5%, Stiffening 2-10%,                         Emolient 2-5%.
            4.         Glycerine / Glicerol (Farmakope Indonesia III : 271)
                        Pemerian         :           Cairan seperti sirup tidak berwarna atau jernih manis
                        Fungsi             :           Antimicroba.
            5.         Metyl Paraben (Handbook of Pharmaceutical Excipient : 310)
                        Pemerian         :           Hablur kecil tidak berwarna atau putih tidak berbau.
                        Fungsi             :           Antimikroba / Bahan pengawet 0,01-0,03%.
                        Kelarutan        :           etanol 1:2 Gliserine 1:60 Air 1:400
            6.         Propil Paraben (Depkes RI, 1995)
                        Sinonim           :           Nipasol
                        Pemerian         :           Serbuk putih/Hablur kecil tidak berwarna.
                        Kelarutan        :           Sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol
                        Kegunaan        :           Bahan pengawet
                        Konsentrasi     :           0,005-0,2%


SKEMA PEMBUATAN SEDIAAN KRIM

Siapkan Alat & Bahan

Bagian Minyak : Asam Stearat, Stearyl Alkohol & Cetyl Alkohol
 Digerus di Mortir panas

Dimasukkan Fase Air : Gliserin, Metyl Paraben, Propil Paraben dan Pottasium Hidroxid dalam fase minyak.

Dimasukkan sisa aquades kedalam campuran sedikit demi sedikit.

Dimasukkan sediaan pada Pot Saleb


            Rancangan Spesifikasi Sediaan Krim
            Bentuk                        :           Krim M/A bentuk lembut
            Warna              :           Hijau Muda
            Bau                  :           Daun Kamboja / Hampir tidak berbau.
            pH                   :           3-4







BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1     HASIL
            Uji Organoleptis Sediaan Krim :
            Bentuk                        :           Krim agak kasar
            Warna              :           hijau muda
            Bau                  :           khas aromatik
            pH                   :           -
IV.2     PEMBAHASAN
Menurut Farmakope Indonesia III adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksutkan untuk pemakaian luar. Sedangkan menurut Farmakope Indonesia IV adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Menurut Farmakope Indonesia III adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksutkan untuk pemakaian luar. Sedangkan menurut Farmakope Indonesia IV adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Dalam formulasi sediaan krim ini, dasar krim yang digunakan adalah stearic acid. Sebagai pelembut sediaan krim digunakan stearyl alkohol dan sebagai pembasah digunakan Cethyl Alkohol. Adapun fase air yang digunakan adalah gliserin, nipagin, nipasol dan Kalium hidroksid serta aquadest.
            Rancangan spesifikasi dari formula ditujukan sediaan krim memiliki kelembutan saat dioleskan di kulit dan memiliki kenyamanan pemakaian dengan pH standart 3-4. Warna yang disesuaikan dengan ekstrak daun kamboja sendiri yaitu hijau muda serta bau khas daun kamboja.
            Pada praktikum ini ekstrak daun kamboja dibuat dengan menggunakan metode soxhletasi dengan pelarut etanol 70%. Ekstraksi dilakukan sebanyak 3 kali sirkulasi. Ekstrak yang didapat diuapkan dan ditimbang.
            Pembuatan sediaan krim ekstrak daun kamboja digunakan dasar krim stearic acid. Dan bahan emulgator adalah Cetyl Alkohol ditambah dengan stearyl alkohol sebagai pelembut krim. Pada pembuatan krim ini fase minyak yaitu stearic acid, stearyl alkohol dan cetyl alkohol dicampur terlebih dahulu sampai homogen, kemudian dimasukkan ekstrak daun kamboja dan digerus sampai homogen. Sebagai fase air kalium hidroksid dilarutkan dalam air terlebih dahulu kemudian dimasukkan nipagin dan nipasol. Campuran tadi dimasukkan kedalam campuran fase minyak sampai terbentuk emulsi yang ditandai dengan tercampurnya fase minyak dan air, baru gliserin dimasukkan dan sisa aquades dimasukkan sedikit demi sedikit sambil diaduk merata. Hasil yang diperoleh cukup memuaskan karena warna serta bau yang terbentuk sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan yaitu berwarna hijau muda dan bau khas daun kamboja akan tetapi sediaan yang terbentuk tidak memiliki kelembutan sesuai spesifikasi. Hal ini disebabkan karena bahan yang digunakan sebagai pelembut yaitu stearyl alkohol diganti dengan alkohol 96% dikarenakan sterayl alkohol tidak ada dalam laboratorium.
            Pada uji evaluasi sediaan krim hanya dilakukan uji organoleptis saja, hasil evaluasi hampir memenuhi spesifikasi yang diharapkan hanya saja bentuk sediaan krim sedikit kasar. Dalam pengujian sediaan krim seharusnya dilakukan pengujian pH untuk mengetahui apakah sediaan sudah memenuhi pH kulit atau belum, karena kulit mudah teriritasi jika pH terlalu rendah atau menyebabkan kemerah merahan pada kulit, sedangkan bila pH terlalu tinggi atau basa kulit akan terlihat kering dan dapat merusak pori-pori kulit. Pengujian aktivitas antibakteri seharusnya juga perlu dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan dapat memberikan efek antibakteri atau tidak. Karena waktu yang digunakan tidak cukup sehingga hanya uji organoleptis saja yang dilakukan.
           














BAB V
KESIMPULAN

            Ekstrak daun kamboja memiliki kandungan kimia flavonoid yang dapat menghambat atau membunuh bakteri yaitu fulvoplumierin. Dalam pembuatan sediaan krim ekstrak daun kamboja didapat hasil organoleptis dengan spesifikasi warna hijau muda , bau khas daun kamboja / hampir tidak berbau dan sedikit kasar. Tipe sediaan yang digunakan dalam formulasi adalah tipe air dalam minyak dimana dasar krim yang digunakan adalah fase minyak yaitu stearyl alkohol.
            Dalam pembuatan atau formulasi sediaan krim harus diperhitungkan dengan matang bahan-bahan yang digunakan serta ketelitian. Uji evaluasi sediaan krim

















Daftar Pustaka 

Backer, C.A., Backhuizen van den Brink, R.C., 1965, Flora of Java, Spermatophytes only, Volume I, N.V.P. Noordhoff, Gronigen, The Netherlands.
Dalimartha, S., dr., 1999, Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker, hal 62-63, Penebar Swadata, Jakarta.
Depkes RI. Farmakope Indonesia Edisi III.
Depkes RI, Farmakope Indonesia Edisi IV.
Jawetz, E.JL. Melnick., EA. Adelberg., G.F. Brook, JS. Butel., dan L.N Ornsto 1995. Mikrobiologi Kedokteran Edisi Ke 20 (Alih Bahsa : Nugroho & R.F Maulary) Jakarta. Penerbit Buu Kedokteran EGC.
Prihandono, I. W., 1996, Isolasi dan Uji Aktifitas Anti Bakteri Kandungan Daun Plumeria acuminate,.Ait beserta Profil Kromatografinya, Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Ryan, K.,J.,J.J Champoux,S.Falkaw.J.J Plonde, W.L Drew,. F.C Neidhort and C.G Roy,.1994. Medical Microbiology An Introduction Deseas 3rd ed. Connecting Appletonal and Large.
Syamsuhidayat, S. S., dan Hutapea, J. R., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I), Departemen Kesehatan RI, Jakarta, page 452-453
Tampubolon, A.S., 1967, Obat Asli Indonesia, 214-215, Dian Rakjat, Jakarta
Tjitrosoepomo, G., 2000, Morfologi Tumbuhan, cetakan ke 12, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Warsa.U.C.,1994,.Staphyllococus dalam Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta : Penerbit Bina Rupa Aksara.

Comments

Popular posts from this blog

PENETAPAN KADAR ANTALGIN DALAM TABLET

BAB I PENDAHULUAN I.1   Latar Belakang      Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. (Anief, 1999)      Analgetik atau obat penghilang rasa nyeri adalah zat-zat yang mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Antalgin merupakan derivat sulfonat dari aminofenazon yang larut dalam air. Obat ini dapat secara mendadak dan tak terduga menimbulkan kelainan darah yang adakalanya fatal. Karena bahaya agranulositosis, obat ini sudah lama peredarannya dibanyak negara, antara lain Amerika serikat, Swedia, Inggris dan Belanda. (Raharja 2007)      Berbagai cara dapat dilakukan untuk menentukan kadar suatu obat, tergantung dari struktur kimia dan sifat fisiko-kimianya. Antalgin dapat ditentukan kadarnya dengan menggunakan metode titrasi iodimetri. Titrasi Iodimetri adalah titrasi langsung terhadap zat-zat yang potensial oksidasinya lebih r

MAKALAH ANALISA MAKANAN “PEMUTIH DAN PEMATANG TEPUNG”

MAKALAH ANALISA MAKANAN “PEMUTIH DAN PEMATANG TEPUNG” Kelompok 5: 1.       ADE IDA LAILATUL 2.       AHMAD FAUZI 3.       EVA NIKMATUL KHUSNA 4.       SISKA DESI ARIYANI INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TAHUN AJARAN 2013-2014 KATA PENGANTAR             Bismillahirrohmannirrahim,             Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, serta sholawat beriring salam untuk rasulullah Nabi Muhammad SAW sebagai contoh tauladan dalam kehidupan.                         Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan maupun penyajian dalam tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun.             Akhirnya, harapan penulis semoga tulisan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Kediri, 6 Januari 2014                                               

CONTOH KEMASAN SEDIAAN KRIM HERBAL