Skip to main content

MAKALAH HERBA CIPLUKAN SEBAGAI ANTIHIPERGLIKEMIK



BAB I
PENDAHULUAN

I.1        Latar belakang
Diabetes merupakan penyakit yang dapat menggangu metabolisme glukosa dimana glukosa yang seharusnya menjadi bermanfaat dan merupakan sumber energi, berubah menjadi musuh dalam tubuh yang mengganggu sistem kestabilan organ Dalam melakukan aktifitas, akan memerlukan energi baik itu berupa aktifitas fisik maupupun psiologik. Energi yang ada pada manusia sebagian besar dan hampir seluruhnya berasal dari glukosa yang dikomsumsi dan dimetabolisme oleh tubuh.
Namun kadangkala metabolisme yang diharapkan dari sumber energi ini tidak berlansung sebagaimana mestinya, yang mungkin disebabkan berbagai faktor, diantaranya disfungsi organ-organ tubuh yang berperan dalam metabolisme tersebut. Glukosa yang tidak dimetabolisme tersebut dapat mengganggu kerja fisiologis tubuh dan dapat menyebabkan komplikasi penyakit akibat kerusakan organ yang dapat ditimbulkannya.
Pada percobaan kali ini akan diamati kegunaan infuse herba ciplukan pada hewan coba mencit (Mus musculus) dengan melihat efek penurunan kadar gula darah dengan menggunakan alat ukur gula darah yaitu glukometer.

I.2        Tujuan
Mengetahui efektifitas infusa herba ciplukan dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah mencit, serta mengetahui cara untuk membuat formulasi sediaan kapsul herba ciplukan dengan metode granulasi.

I.3        Manfaat
Dalam penelitian ini semoga dapat memberikan pengetahuan dalam mengolah tanaman herbal menjadi sediaan obat yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat dengan harga yang lebih murah.

I.4        Rumusan Masalah
            Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimanakah cara melakukan uji gula dara pada mencit ?
2.      Bagaimanakah cara pembuatan infusa herba ciplukan dan formulasi sediaan kapsul ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1      DASAR TEORI
A.    Hiperglikemik
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolism yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolism karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular dan neuropati.
Diabetes melitus adalah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi insulin relativ maupun absolute. Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa kedalam sel terhambat serta metabolismenya terganggu. Dalam keadaan normal, kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjai lemak. Pada diabetes mellitus seua proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia sendiri relativ tidak berbahaya, kecuai bila hebat sekai hingga darah darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang nyata berbahaya ialah glikosuria yang timbul, karena glukosa bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis meningkat sehingga disertai dengan hilangnya berbagai elektrolit. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit kepada penderita diabetes yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi, maka badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia). Badan diberi 4 kalori untuk setiap gram glukosa yang diekskresi. Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu makan dihipotalamus oleh kurangnya pemakaian glukosa dikelenjar itu (Ganiswarna,dkk,1995).
Kadar glukosa  serum puasa normal (teknik autonalisis) adalah 70-110 mg/dl. Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa puasa yang lebih tinggi dari 110 mg/dl. Glukosa difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan hamper semuanya diabsorpsi oleh tubulus ginjal selama kadar glukosa dalam plasma tidak melebihi 160-180 mg/dl. Jika konsentrasi tubulus naik melebihi kadar ini, glukosa tersebut akan keluar bersama urine, dan keadaan ini disebut sebagai glikosuria (Katzung,2002).
Kemampuan seseorang untuk mengatur kadar gkukosa plasma agar tetap dalam batas-batas normal dapat ditentukan melalui tes (1) kadar glukosa serum puasa, dan (2) respons glukosa seru terhadap pemberian glukosa (Mycek,dkk,2001).
Metabolisme glukosa, setelah karbohidrat dari makanan dirombak dalam usus, glukosa lalu diserap kedalam darah dan diangkut ke sel-sel tubuh. Untuk penyerapannya kedalam sel-sel tubuh diperlukan insulin, yang dapat dianggap sebagai “kunci untuk pintu sel”. Sesudah masuk kedalam sel, glukosa lantas diubah menjadi energi atau ditimbun sebagai cadangan. Cadangan ini digunakan bila tubuh kekkurangan energi karena misalnya berpuasa beberapa waktu ( Tan,dkk, 2002).
Sekresi insulin diatur tudak hanya oleh kadar glukosa darah tetapi juga oleh hormon lain dan mediator autonomic. Sekresi insulin umummnya dipacu oleh ambilan glukosa darah yang tinggi dan difosforilasi dalam sel-ß pancreas (Mycek,dkk,2001).
Insulin merupakan protein kecil yang mengandung dua rantai polieptida yang dihubungkan oleh ikatan disulfida. Sekresi insulin diatur tidak hanya diatur oleh kadar glukosa darah tetapi juga hormon lain dan mediator autonomik. Sekresi insulin umumnya dipacu oleh ambilan glukosa darah yang tinggi dan difosforilasi dalam sel  pankreas. Insulin umumnya diisolasi dari pankreas sapi dan babi, namun insulin manusia juga dapat menggantikan hormon hewan untuk terapi. Insulin manusia diproduksi oleh strain khusus E. Coli yang telah diubah secara genetik. mengandung gen untuk insulin manusia. Insulin babi paling mendekati struktur insulin manusia, yang dibedakan hanya oleh satu asam amino. Gejala hipoglikemia merupakan reaksi samping yang paling umum dan serius dari kelebihan dosis insulin. Reaksi samping lainnya berupa lipodistropi dan reaksi alergi.Diabetes militus ialah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi insulin relatif maupun absolut. Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke dalam sel terhambat serta metabolismenya diganggu. Dalam keadaan normal kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak (Siswandono, 1995).
Pada diabetes melitus semua proses terganggu, glukosa tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia sendiri relatif tidak berbahaya, kecuali bila hebat sekali hingga darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang nyata berbahaya ialah gliosuria yang timbul, karena glukosa bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis sangat meningkat disertai hilangnya berbagai efektrolit. Hal ini yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit pada penderita diabetes yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi , maka badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia). Badan kehilangan 4 kalori untuk setiap hari gram glukosa yang diekskresi (Katzung,dkk,2002).
Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu makan di hipotalamus oleh kurangnya pemakaian glukosa dikelenjar itu. (Ganiswara,1995)
Diabetes militus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu gangguan kronis yang khususnya menyangkut metabolisme hidratarang (glukosa) di dalam tubuh. Tetapi metabolisme lemak dan protein juga terganggu (Lat. Diabetes = penerusan, mellitus = manis madu) (Tan,dkk,2002).
Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan mensintesa lemak. Akibatnya ialah glukosa bertumpuk didalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya dieksresikan lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria). Karena itu produksi kemih sangat meningkat dan pasien harus kencing, merasa amat haus, berat badan menurun dan berasa lelah Rata-rata 1,5-2% dari seluruh penduduk dunia menderita diabetes yang bersifat menurun. Di indonesia, penderita diabetes diperkirakan 3 juta orang atau 1,5% dari 200 jatu penduduk, sedangkan di Eropa mencapai 3-5% (Tan,dkk,2002).
Diabetes merupakan penyakit tunggal. Diabetes merupakan suatu grup sindrom heterogen yang semua gejalanya ditandai dengan peningkatan gula darah yang disebabkan oleh defisiensi insullin relatif atau absolut. Pelepasan insullin yang tidak adekuat diperberat oleh glukagon yang berlebihan. Diabetes menimpa kira-kira 10 ribu individu atau kira-kira 5% populasi Amerika Serikat, dan seperdelapan penyebab kematian di negara ini. Diabetes dapat dibagi menjadi dua grop berdasarkan kebutuhan atas insullin : diabetes melitus tergantung insullin (IDDM atau tipe I) dan diabetes melitus tidak tergantung insullin (NIDDM atau tipe II). Kira-kira satu sampai dua juta pasien menderita IDDM : sisanya 80 samapai 90% penderita NIDDM (Mycek ,dkk,2001).
Pankreas adalah organ lonjong kira-kira 15 cm, yang terletak dibelakang hati. Organ ini terdiri dari 98% sel-sel dengan sekresi ekstren, yang memproduksi enzim-enzim cerna (pankreatin) yang disalurkan keduodenum dengan sekresi intern, yakni hormon-hormon insullin dan glukagon yang disalurkan langsung kealiran darah (Tan,dkk,2002).
Ada 4 jenis sel endokrin, yakni  (Tan,dkk,2002) :
1.         Sel alfa, yang memproduksi hormon glukagon.
2.      Sel beta, dengan banyak granul berdekatan membran selnya, yang berisi insulin. Setiap hari disekresikan CA 2 mg (=50 UI) insulin, yang dengan aliran darah diangkat kehati. Kira-kira 50% hormon ini dirombak disini, sisanya diuraikan di ginjal.
3.         Sel D memproduksi somastotatin (antagonis somatropin)
4.      Sel PP memproduksi PP (Pancreatic polypeptide), yang mungkin berperan pada empedu.
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes melitus ditandai dengan hiprglikemia puasa dan postprandial, aterosklerotik dan penyakit vaskuler mikroangiopati, dan neuropati. Manifestasi klinis hiperglikemia biasanya sudah bertahun-tahun mendahului timbulnya kelainan klinis dari penyakit vaskularnya. Pasien dengan kelainan toleransi glukosa ringan (gangguan glukosa puasa dan gangguan toleransi glukosa) dapat tepat beresiko mengalami komplikasi metabolik diabetes (Price,dkk,1995)
Empat kategori agen anti diabetik yang kini tersedia di Amerika Serikat : Sekretagog insulin ( sulfonylurea, meglitinide ), biguanide, thiazolidinedione, dan penghambat glucosidase-alfa. Sulfonylurea dan biguanide yang tersedia paling lama dan secara tradisional merupakan pilihan pengobatan awal untuk diabetes tipe II. Golongan insulin sekretagog  dengan kerja cepat yang baru, meglitinide, merupakan alternatif terhadap sulfonyurea golongan tolbutamide dengan masa kerja pendek. Thiazolidinedione, yang sedang dalam perkembangan sejak awal tahun 1980-an, adalah agen yang sangat efektif untuk menurunkan resistensi insulin (Price,dkk,1995).
Insulin merupakan protein kecil yang mengandung dua rantai polipeptida yang dihubungkan oleh ikatan disulfida. Disintesis sebagai protein prekursor (pro-insulin) yang mengalami pemisahan proteolitik untuk membentuk insulin  pada peptida C, keduanya disekresi oleh sel-β pankreas ( Mycek dkk,2001).
Empat kategori agen anti diabetik yang kini tersedia di Amerika Serikat : Sekretagog insulin ( sulfonylurea, meglitinide ), biguanide, thiazolidinedione, dan penghambat glucosidase-alfa. Sulfonylurea dan biguanide yang tersedia paling lama dan secara tradisional merupakan pilihan pengobatan awal untuk diabetes tipe II. Golongan insulin sekretagog  dengan kerja cepat yang baru, meglitinide, merupakan alternatif terhadap sulfonyurea golongan tolbutamide dengan masa kerja pendek. Thiazolidinedione, yang sedang dalam perkembangan sejak awal tahun 1980-an, adalah agen yang sangat efektif untuk menurunkan resistensi insulin (Katzung, dkk,2002).
Kepulauan langerhans pada penkreas membentuk organ endokrin yang menyekresikan insulin yaitu sebuah hormon antidiabetika, yang diberikan dalam pengobatan daibetes. Insulin ialah sebuah protein yang dapat turut dicerna oleh enzim-enzim pencerna protein dan karena itu tidak diberikan melalui mulut melainkan dengan suntikan subkutan. Insulin mengendalikan kadar glukosa dan bila digunakan sebagai pengobatan dalam hal kekurangan seperti pada diabetes, ia memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk mengabsorpsi dan menggunkan glukosa dan lemak (Pearce, 2006).
Secara klinik , defisiensi (kekurangan) insulin mengakibatkan hiperglikemia yaitu kadar gula darah yang tinggi, turunnya berat bedan, lelah dan poliuria (sering buang air kecil), disertai haus, lapar, kulit kering, mulut dan lidah kering. Akibatnya juga ketosis serta asidosis dan kecepatan bernapas bertambah (Pearce, 2006).
Keadaan sebaliknya ialah hipoglikemia, atau kadar gula darah rendah, dapat terjadi akibat kelebihan dosis insulin , atau karena pasien tidak makan makanan (atau muntah barangkali) sesudah suntikan insulin, sehingga kelebihan  insulin dalam darahnya menyebabkan koma hipoglikemia (Pearce, 2006).
Demikian maka koma pada seorang pasien dengan diabetes dapat disebabkan tidak adanya insulin atau terlampau banyak insulin (konma hipoglikemia) yang diobati dengan glukosa (Pearce, 2006).



Enzim-enzim pankreas  (Watson, 2002) :
1. Tripsinogen diubah menjadi tripsin aktif oleh enterokinase, enzim yang disekresi usus halus. Dalam bentuk aktifnya, tripsin mengubah pepton dan protein menjadi asam amino.
2.    Amilase mengubah zat pati, baik yang masak dan tidak masak menjadi maltosa (gula malt)
3.    Lipase mengubah lemak manjadi asam lemak dan gliserol setelah empedu mengemulsi lemak yang meningkatkan area permukaan.

II.2      Uraian Tanaman
            Nama Tanaman
Nama ilmiah    :           Physalis angulata L.
Nama lokal      :            Morel berry (Inggris), Ciplukan (Indonesia), Ceplukan (Jawa), Cecendet (Sunda), Yor-yoran (Madura), Lapinonat (Seram), Angket, Kepok-kepokan, Keceplokan (Bali), Dedes (Sasak), Leletokan (Minahasa).

Klasifikasi Tanaman
Kingdom         : Plantae
Divisi              : Spermatophyta
Sub divisi        : Angiospermae
Kelas              : Dicotyledonnae
Ordo               : Solanales
Famili             : Solanaceae
Marga             : Physalis
Spesies            : Physalis angulata L.

Morfologi tanaman
Physalis angulata L. adalah tumbuhan herba anual (tahunan) dengan tinggi 0,1-1 m. Batang pokoknya tidak jelas, percabangan menggarpu, bersegi tajam, berusuk, berongga, bagian yang hijau berambut pendek atau boleh dikatakan gundul. Daunnya tunggal, bertangkai, bagian bawah tersebar, di atas berpasangan, helaian berbentuk bulat telur-bulat memanjang-lanset dengan ujung runcing, ujung tidak sama (runcing-tumpul-membulat-meruncing), bertepi rata atau bergelombang-bergigi, 5-15 x 2,5-10,5 cm.
Bunga tunggal, di ujung atau ketiak daun, simetri banyak, tangkai bunga tegak dengan ujung yang mengangguk, langsing, lembayung, 8-23 mm, kemudian tumbuh sampai 3 cm. Kelopak berbentuk genta, 5 cuping runcing, berbagi, hijau dengan rusuk yang lembayung. Mahkota berbentuk lonceng lebar, tinggi 6-10 mm, kuning terang dengan noda-noda coklat atau kuning coklat, di bawah tiap noda terdapat kelompokan rambut-rambut pendek yang berbentuk V. Tangkai benang sarinya kuning pucat, kepala sari seluruhnya berwarna biru muda. Putik gundul, kepala putik berbentuk tombol, bakal buah 2 daun buah, banyak bakal biji. Buah ciplukan berbentuk telur, panjangnya sampai 14 mm, hijau sampai kuning jika masak, berurat lembayung, memiliki kelopak buah.

Habitat, Penyebaran, dan Budidaya
Ciplukan adalah umbuhan asli Amerika yang kini telah tersebar secara luas di daerah tropis di dunia. Di Jawa tumbuh secara liar di kebun, tegalan, tepi jalan, kebun, semak, hutan ringan, tepi hutan. Ciplukan biasa tumbuh di daerah dengan ketinggian antara 1-1550 m dpl. Kultur tunas dapat tumbuh baik pada media MS dengan penambahan zat pengatur tumbuh BA dan IAA. Kadar dan perbandingan zat pengatur tumbuh untuk regenerasi kultur tunas agar diperoleh planttet adalah sebesar BA 3-4 ppm dan IAA 0,1 ppm

Penggunaan di Masyarakat
Akar tumbuhan ciplukan pada umumnya digunakan sebagai obat cacing dan penurun demam. Daunnya digunakan untuk penyembuhan patah tulang, busung air, bisul, borok, penguat jantung, keseleo, nyeri perut, dan kencing nanah. Buah ciplukan sendiri sering dimakan; untuk mengobati epilepsi, tidak dapat kencing, dan penyakit kuning.

Kandungan Kimia
Senyawa-senyawa aktif yang terkandung dalam ciplukan antara lain saponin, flavonoid, polifenol, dan fisalin. Komposisi detail pada beberapa bagian tanaman, antara lain:
a. Herba           : Fisalin B, Fisalin D, Fisalin F, Withangulatin A
b. Biji              : 12-25% protein, 15-40% minyak lemak dengan komponen utama asam palmitat dan asam stearat.
c. Akar                        : alkaloid
d. Daun           : glikosida flavonoid (luteolin)
e. Tunas           : flavonoid dan saponin

Struktur Kimia




            Flavonoid


            Stuktur steroid
Perkembangan penelitian P. angulata
Sejak lama, ciplukan sebenarnya telah diteliti oleh para ahli dari berbagai negara. Penelitian tersebut biasanya terfokus pada aktivitas yang dimiliki oleh ciplukan. Dari penelitian yang telah dilakukan, baik secara in vitro maupun in vivo, didapatkan informasi bahwa ciplukan memiliki aktivitas sebagai antihiperglikemi, antibakteri, antivirus, imunostimulan dan imunosupresan (imunomodulator), antiinflamasi, antioksidan, dan sitotoksik.
Baedowi [1998] telah melakukan penelitian terhadap ciplukan secara in vivo pada mencit. Dari penelitiannya tersebut, didapatkan informasi bahwa ekstrak daun ciplukan dengan dosis 28,5 mL/kg BB dapat mempengaruhi sel β insulin pankreas. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas antihiperglikemi dari ciplukan.
Januario et al. (2000) telah menguji aktivitas antimikroba ekstrak murni herba Physalis angulata L. Fraksi A1-29-12 yang terdiri dari fisalin B, D, dan F menunjukkan KHM (Kadar Hambat Minimum) dalam menghambat Mycobacterium tubercolosis H37Rv sebesar 32 µg.mL-1. Fisalin B dan D murni menunjukkan nilai KHM dalam menghambat Mycobacterium tubercolosis H37Rv masing-masing sebesar >128 µg.mL-1 dan 32 µg.mL-1. Diduga fisalin D berperan penting pada aktivitas antimikroba yang ditunjukkan.
II.3      Mekanisme Herba Ciplukan sebagai Antihiperglikemik.
Herba ciplukan (Physalis angulata L) adalah salah satu jenis tanaman yang telah digunakan sebagai antidiabetes, karena adanya senyawa fisalin. Fisalin merupakan metabolit sekunder golongan steroid yang memiliki kemampuan antioksidan sehinggga dapat menghambat stress oksidatif pada hiperglikemik. Selain itu ekstrak air herba ciplukan juga mengandung flavonoid. Ciplukan (Physalis angulata L.) adalah salah satu jenis tanaman yang telah digunakan sebagai antidiabetes karena adanya fisalin. Fisalin merupakan metabolit sekunder golongan steroid, memiliki kemampuan antioksidan sehingga dapat menghambat stres oksidatif pada hiperglikemik. Selain itu, ekstrak air herba ciplukan juga mengandung flavonoid.
1.         Flavonoid
Flavonoid merupakan agen diabetes yang potensial, karena flavonoid menggunakan beberapa kerja yang bersifat insulinomimetic dan antidiabetes melitus. Flavonoid merupakan senyawa fenol yang dimiliki oleh banyak tanaman sebagai inhibitor merupakan agen potensial untuk terapi diabetes melitus karena glukosidase mempengaruhi proses biologic relavan (Pereira, danielleFontana et al. 2011).
Enzim glukosidase berlokasi di brush border didalam usus halus dan dibutuhkan untuk memecah karbohidrat sebelum diserap sebagai monosakarida. Inhibitor alfa-glukosidase absorbsi dari karbohidrat yang didapatkan dari makanan, sehingga mengurangi kadar glukosa dalam darah setelah makan (Havsteen, 2002; Herywinarsi, 2006). Dari hal ini, jelas bahwa flavonoid dapat bertindak melalui beberapa jaringan untuk meregulasi homeostatis serum glukosa (Herywinarsi, 2006).

2.         Saponin
Saponin merupakan senyawa kimia yang terdapat pada tanaman. Strukturnya terdiri dari aglycone (triterpen atau steroid) dan gugus glukosa. Saponin berfungsi sebagai antihiperglikemik adalah triterpen saponin. Mekanismenya mencega pengosongan lambung dan peningkatan uptake glukosa pada brush border membran penyerapan glukosa dengan cara mencega transport glukosa menuju brush border  intestinal di usus halus yang merupakan tempat penyerapan glukosa (Yoshikawa et al. 2006).
II.4      Uraian Hewan
1.      Karaksteristik Hewan Coba (Malole, 1989):
Berat badan dewasa          - jantan            :        20-40g.
- betina            :        25-40 g
Mulai dikawinkan            - jantan            :        50 hari  
                                                            - betina           :        50-60 hari      
Siklus birahi                                             :        4-5 hari
Produksi anak                                          :        8/bulan
Lama kehamilan                                       :        19-21 hari
Jumlah pernapasan                                   :        94-163/menit
Tidal volume                                           :        0,09-0,23
Detak jantung                                                      :        325-780/menit
Volume darah                                                      :        76-80 mg/kg
Tekanan darah                                          :        113-147/81-106 mmHg
Glukosa dalam darah                                           :        62-175 mg/dL
Cholesterol                                               :        26-82 mg/dL
Kalsium dalam serum                               :        3,2-9,2 mg/IL
Phosfat dalam serum                                :        2,3-9,2 mg/IL
Hemoglobin                                                         :        10,2-16,6 mg/dL
Masa pubertas                                          :        35 hari
Masa beranak                                           :        Sepanjang tahun
Jumlah sekali lahir                                    :           4-12 ekor
Lama hidup                                              :           2-3 tahun
Masa tumbuh                                                       :           6 bulan
Masa menyusui                                        :           21 hari
Frekuensi kelahiran                                  :           4 tiap tahun
Suhu tubuh                                               :           37,90 C – 39,20 C
Kecepatan respirasi                                  :           136-216 per menit
Tekanan darah                                          :           146-106 mmHg
Volume darah                                                      :           7,3% BB
II.5      Uraian Sediaan Kapsul
            Sediaan Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Depkes RI, 1995).
Macam-macam kapsul
            a.         Hard capsule (cangkang kapsul keras)
            Kapsul cangkang keras terdiri atas wadah dan tutup yang dibuat dari campuran gelatin, gula dan air, jernih tidak berwarna dan pada dasarnya tidak mempunyai rasa. Biasanya cangkang ini diisi dengan bahan padat atau serbuk, butiran atau granul. Ukuran kapsul mulai dari yang besar sampai yang kecil yaitu 000, 00, 1, 2, 3, 4, 5.

            b.         Soft capsule (cangkang kapsul lunak)
            Kapsul gelatin lunak dibuat dari gelatin dimana gliserin atau alkohol polivalen dan sorbitol ditambahkan supaya gelatin bersifat elastis seperti plastik. Kapsul-kapsul ini mungkin bentuknya membujur seperti elips atau seperti bola dapat digunakan untuk diisi cairan, suspensi, bahan berbentuk pasta atau serbuk kering (Ansel, 1989)

         Evaluasi Sediaan Kapsul
            Kapsul yang diproduksi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1.         Keseragaman Bobot
Uji keseragaman bobot dilakukan dengan penimbangan 20 kapsul sekaligus dan ditimbang lagi satu persatu isi tiap kapsul. Kemudian timbang seluruh cangkang kosong dari 20 kapsul tersebut. Lalu dihitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul, tidak boleh melebihi dari yang ditetapkan pada kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan pada kolom B.
Persyaratan :

     Bobot Rata-rata
Perbedaan bobot isis kapsul (%)
A
B
120mg
10
20
120mg atau lebih
7,5
1,5

2.         Waktu hancur
Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna. Waktu hancur setiap tablet atau kapsul dicatat dan memenuhi persyaratan spesifikasi waktu (dalam 15 menit) (Depkes RI, 1979).

3.         Disolusi
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa banyak persentasi zat aktif dalam obat yang terabsorpsi dan masuk ke dalam peredaran darah untuk memberikan efek terapi. Persyaratan dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 85% (Q) dari jumlah yang tertera pada etiket.

4.         Kadar
Penetapan kadar dilakukan untuk memastikan bahwa kandungan zat berkhasiat yang terdapat dalam kapsul telah memenuhi syarat dan sesuai dengan yang tertera pada etiket. Metode penetapan kadar yang digunakan sesuai dengan zat aktif yang terkandung dalam sediaan kapsul. Caranya ditimbang 10-20 kapsul, isinya di gerus dan bahan aktif yang larut diekstraksi menggunakan pelarut yang sesuai menurut prosedur yang sudah ditetapkan. Secara umum rentang kadar bahan aktif yang ditentukan berada diantara 90-110% dari pernyataan pada label (Agoes, 2008).



BAB III
METODOLOGI


III.1     Perhitungan Dosis dan Formulasi
a.                Perhitungan dosis
·      Bobot mencit
Bobot mencit A = 20 gram
Bobot mencit B = 20 gram
Bobot mencit C = 10 gram
·      Ekstrak yang dibutuhkan untuk pengujian
Dosis 10 mg/kg BB
Mencit A dan B = 10 mg /1000 gr BB = 0,2mg/20gr
= 20gr/20gr × 0,2 mg = 0,2 mg
(tiap 0,2mg dilarutkan dalam 1 ml).
Mencit C = 10 gr/20 gr × 0,2 mg = 0,1 mg (dilarutkan dalam 1 ml).
Jadi ekstrak yang dibutuhkan untuk pengujian = 0,2 mg + 0,2 mg + 0,1 mg                              = 0,5 mg.
·         Ekstrak yang dibutuhkan untuk formulasi
Faktor konversi mencit ke manusia = 387,9
10 mg/kg BB = 0,2 mg / 20 gr mencit
0,2 mg/20 gr x 387,9 = 77,58 mg/70 kg BB
·         Rancangan Spesifikasi
Jenis sediaan : kapsul 
Bobot kapsul : 100 mg/kapsul
Jumlah sediaan 30 kapsul/botol

b.    Formulasi

R/    Ekstrak herba ciplukan            77,58   mg
            Laktosa                                   8          mg
            CMC                                      6          mg
            Nipagin                                   2          mg
            Talk                                         5          mg
            Mg Stearat                              2          mg
            Mf cap. Dtd No. xxx
            S 1 dd 1

·         Perhitungan
Ekstrak herba ciplukan            = 77,58 mg x 30          = 2,327 gr
Laktosa                                   = 8 mg x 30                 = 240 mg
CMC                                       = 6 mg x 30                 = 180 mg
Nipagin                                   = 2 mg x 30                 = 60 mg
Talkum                                    = 5 mg x 30                 = 150 mg
Magnesium stearat                  = 2 mg x 30                 = 60 mg

III.2   Alat
         Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi timbangan analitik, beaker glas, sendok tanduk, kain katun, panci, penangas air, mortir, stamper, pengayak mesh 18 dan mesh 20, loyang, oven, dan serbet

III.3  Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah simplisia herba ciplukan, aquades, lactosa, CMC, nipagin, talk, Mg Stearat dan cangkang kapsul.
III.4     Cara Kerja
A.    Pengumpulan Bahan
Herba ciplukan diambil di persawahan desa Nggronggot Kabupaten Nganjuk. Bagian tanaman yang digunakan adalah semua bagian dari akar, batang, daun dan buah.




B.     Pembuatan Simplisia
Herba ciplukan dicuci bersih dan disortir
Dipotong kecil-kecil atau dirajang
Diangin-anginkan sampai kering
Dihaluskan
Simplisia herba ciplukan
 

















C.    
Simplisia Herba Ciplukan 68g
Dioven dengan suhu 60°C sampai kering
Direbus selama 30menit
Diuapkan sampai kental
Dibungkus dengan kain katun yang bersih
Ditambah 340ml aquades
Skema Pembuatan Ekstrak Air Herba Ciplukan















D.    Skema Persiapan Hewan Coba
Mencit ditimbang berat badanya
Dipuasakan selama 18jam
Diinduksi dengan glukosa lagi
Dipuasakan selama 6jam
Diinduksi glukosa oral dengan alat sonde 1ml
Diberi makan dan minum seperti biasa
 














E.     Uji Efek Antihiperglikemik Herba Ciplukan
Mencit diukur kadar glukosa darahnya
Diinduksi dengan ekstrak herba ciplukan
Ditunggu selama 1 jam
Diukur lagi kadar glukosa darahnya
 










F.      Pembuatan Sediaan Kapsul
Ekstrak herba ciplukan 2,327g
Ditambah laktosa 240mg
Ditambah nipagin 60mg, diaduk sampai rata
Ditambah CMC 180mg, dan diaduk
Diayak dengan mesh nomor 18
Dioven dengan suhu 40°C selama 30menit
Diayak dengan mesh nomor 20
Ditambah talk dan Mg stearat
Masa granul
 




















G.    Pembuatan Sediaan Kapsul
Pembuatan masa granul
Ekstrak herba ciplukan 2,327g
Ditambah laktosa 240mg
Ditambah nipagin 60mg, diaduk sampai rata
Ditambah CMC 180mg, dan diaduk
Diayak dengan mesh nomor 18
Dioven dengan suhu 40°C selama 30menit
Diayak dengan mesh nomor 20
Ditambah talk dan Mg stearat
Masa granul
 



















H.    Evaluasi Granul
a.      
Masa Granul
diamati
Warna, bau, rasa, dan bentuk
Uji Mutu Fisik Granul





b.     
Siapkan klem, statif, dan corong
Dihitung sudut diamnya
Buka tutup corong dan hitung waktu yang diperlukan serbuk mengalir keluar sampai habis
Masukkan 100g granul ke dalam corong yang telah ditutup bawahnya
Uji Kecepatan Alir Sudut diam











c.      
Masa granul dimasukkan ke cangkang kapsul
diuji
Uji Keseragaman bobot
Uji Waktu Hancur
Uji mutu fisik kapsul






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1     Hasil











a.      Tabel Hasil Uji Organoleptis
No
Pemeriksaan
Hasil
1.
Bentuk
serbuk
2.
Warna
coklat muda
3.
Bau
khas
4.
Rasa
pahit



b.      Uji kecepatan alir
Kecepatan alir =    berat / waktu (g/detik)
                        =          3,017/0,46 = 6,558 g/detik

c.       Uji sudut diam
Tg α = tinggi (h) / jari-jari (r)
            Tan ˉ1 0,5cm /4,5cm = 6,27

Tabel Hasil Uji Keseragaman Bobot
No.
Bobot kapsul
Bobot cangkang kosong
1.
0,31
0,04
2.
0,36
0,05
3.
0,30
0,05
4.
0,44
0,02
5.
0,53
0,06
6.
0,36
0,06
7.
0,31
0,06
8.
0,33
0,04
9.
0,32
0,04
10.
0,32
0,06

VI.2     Pembahasan
            Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari yang paling kecil (5) sampai nomor paling besar (000) kecuali ukuran cangkang untuk hewan. Kapsul gelatin keras terdiri dari dua bagian yaitu bagian induk dan tutup. Kapsul cangkang keras dapat juga mengandung zat warna yang diinginkan atau zat warna dari berbagai oksida besi, bahan opak seperti titanium dioksida, bahan pendispersi, bahan pengeras seperti sukrosa dan pengawet. Kerugian kapsul adalah sulit dalam pengendali bobot kapsul.
Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan serbuk, butiran atau granul. Butiran gula inert dapat dilapisi dengan komposisi bahan aktif dan penyalut yang memberikan profil lepas lambat atau bersifat enterik. Bahan semi padat atau cairan dapat disikan dalam kapsul tetapi jika cairan dimasukkan dalam kapsul, salah satu teknik penutupan harus digunakan untuk mencegah kebocoran. Formulasi kapsul mengandung sedikitnya tiga bahan serbuk, yaitu : bahan obat, pengisi, glidan. Fungsi dari bahan pengisi adalah mencegah terjadi nya kekosongan dan mencegah pemberian dosis yang tidak merata, sedangkan glidan berfungsi untuk memudahkan granul mengalir masuk ke dalam cangkang kapsul. Keuntungan dari sediaan kapsul adalah praktis dalam penggunaan, praktis untuk di bawa oleh pasien, dan penampilannya yang menarik. Kerugian dari kapsul adalah pengerjaan yang relatif lebih lama, tidak dapat diberikan pada anak kecil atau pasien yang sulit menelan.
Pada formulasi sediaan granul kapsul herba physalis angulata bahan bahan yang digunakan meliputi lactose ditujukan sebagai pengisi, CMC sebagai pengikat, nipagin sebagai pengawet, talk, dan Mg stearat sebagai glidan. Dalam formulasi ini ditujukan untuk penggunaan oral dengan bobot kapsul 100mg/kapsul, dengan ukuran cangkang kapsul no 1. Seperti penjelasan di atas kapsul memiliki kelebihan dari segi penggunaan yang praktis dan penampilan yang beragam.
Pembuatan ekstrak herba ciplukan dilakukan dengan menggunakan metode dekok, metode ini menggunakan pemanasan dengan suhu 90-98­o C selama 30 menit. Serbuk simplisia herba ciplukan sebanyak 68 gram dibungkus dengan kain katun dan dimasukkan ke dalam penangas air, air yang digunakan pada proses dekok adalah sebanyak 340 ml dan direbus sampai didapat ekstrak kental. Ekstrak kental tadi dilakukan pengeringan untuk didapat hasil ekstrak kering herba ciplukan dengan mengoven ekstrak kental dengan suhhu 60O C sampai kering. Dalam pengeringan ekstrak herba ciplukan waktu yang dibutuhkan kurang lebih 10 jam pengeringan, dan hasil yang diperoleh memiliki warna coklat pucat, bau khas aromatic.
Uji antihiperglikemik sediaan herba ciplukan dilakukan penginduksian mencit dengan larutan glukosa 50% selama 2 hari. Bobot rata rata mencit adalah 20 gram, pada test glukosa awal didapat 124 mg/dL. Ditunggu 5 menit kemudian diinduksi dengan ekstrak herba ciplukan sebanyak 0,5 mL dan ditest lagi glukosa darah mencit setelah 1 jam penginduksian. Hasil yang diperoleh dari test glukosa darah mencit setelah induksi ekstrak herba ciplukan mengalami penurunan yaitu sebanyak 104 mL/dL. Hasil ini membuktikan bahwa herba ciplukan memiliki efek antihiperglikemik. Hal ini disebabkan oleh adanya senyawa fisalin , flavonoid dan steroid yang mengurangi stress oksidatif serta sebagai inhibitor alfa glukosidase.
Dalam pembuatan sediaan kapsul herba ciplukan dilakukan dengan metode granulasi, ekstrak herba ciplukan dicampur dengan laktosa dan nipagin. Kemudian membuat zat pengikat CMC yang dilarutkan dengan air panas dan diaduk sampai terbentuk mucilage, setelah itu dimasukkan campuran kedalam mucilage dan diaduk samapai kalis. Campuran tadi dihaluskan dengan pengayak no mesh 18 dan dikeringkan dengan oven pada suhu 40o C selama 30 menit. Hasil pengeringan di ayak lagi untuk mendapat granul yang baik dengan pengayak no mesh 20. Hasil akhir ditambahkan dengan talk dan mg stearat.
Evaluasi granul didapatkan organolepti sebagai berikut :
Bentuk
serbuk
Warna
coklat muda
Bau
khas
Rasa
pahit
Evaluasi sudut diam sebesar 6,27 hasil yang diperoleh tidak memenuhi ketentuan karena masa granul yang digunakan untuk pengujian terlalu sedikit. Suatu granulat dikatakan bersifat mengalir baik apabila sudut diamnya α = 20°-40°. (Wells, 1998)
                Setelah melakukan pengujian masa granul selanjutnya granul dimasukkan ke dalam cangkang kapsul untuk diuji keseragaman bobot dan waktu hancurnya untuk mengetahui apakah sudah memenuhi syarat atau tidak. Berdasarkan hasil uji keseragaman bobot dinyatakan bahwa kapsul yang kami buat tidak memenuhi persyaratan keseragaman bobot karena selisih antara cangkang kosong dengan kadar tablet berbeda jauh, seharusnya dilakukan penimbangan satu persatu dalam memasukkan granul kedalam cangkang kapsul. Sedangkan pada pengujian waktu hancur kapsul, kapsul yang kami uji memenuhi persyaratan karena kapsul tersebut mulai hancur pada menit ke 15. Hal ini sesuai dengan Farmakope Indonesia Edisi III yang menyebutkan bahwa waktu hancur kapsul tidak lebih dari 15 menit.


BAB V
PENUTUP

V.1      Kesimpulan
            Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak dekok herba ciplukan memiliki efektifitas dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah dengan dosis 77,58 mg/70kgBB. Dalam pembuatan granul didapatkan hasil uji alir sudut diam 6,27 dan untuk keseragaman bobot tidak memenuhi standart yang ditetapkan tetapi untuk waktu hancur kapsul memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

V.2      Saran
            Perlunya ketelitian dalam pembuatan granul sangat dibutuhkan karena apabila terjadi kesalahan granul mudah pecah dan tidak sesuai rancangan spesifikasi yang ditetapkan. Pada penelitian ini masih diperlukan perbaikan formulasi serta perkembangan dalam metode pembuatan sediaan.

Download File Word disini DOWNLOAD FULL

Comments

Popular posts from this blog

PENETAPAN KADAR ANTALGIN DALAM TABLET

BAB I PENDAHULUAN I.1   Latar Belakang      Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. (Anief, 1999)      Analgetik atau obat penghilang rasa nyeri adalah zat-zat yang mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Antalgin merupakan derivat sulfonat dari aminofenazon yang larut dalam air. Obat ini dapat secara mendadak dan tak terduga menimbulkan kelainan darah yang adakalanya fatal. Karena bahaya agranulositosis, obat ini sudah lama peredarannya dibanyak negara, antara lain Amerika serikat, Swedia, Inggris dan Belanda. (Raharja 2007)      Berbagai cara dapat dilakukan untuk menentukan kadar suatu obat, tergantung dari struktur kimia dan sifat fisiko-kimianya. Antalgin dapat ditentukan kadarnya dengan menggunakan metode titrasi iodimetri. Titrasi Iodimetri adalah titrasi langsung terhadap zat-zat yang potensial oksidasinya lebih r

MAKALAH ANALISA MAKANAN “PEMUTIH DAN PEMATANG TEPUNG”

MAKALAH ANALISA MAKANAN “PEMUTIH DAN PEMATANG TEPUNG” Kelompok 5: 1.       ADE IDA LAILATUL 2.       AHMAD FAUZI 3.       EVA NIKMATUL KHUSNA 4.       SISKA DESI ARIYANI INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TAHUN AJARAN 2013-2014 KATA PENGANTAR             Bismillahirrohmannirrahim,             Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, serta sholawat beriring salam untuk rasulullah Nabi Muhammad SAW sebagai contoh tauladan dalam kehidupan.                         Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan maupun penyajian dalam tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun.             Akhirnya, harapan penulis semoga tulisan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Kediri, 6 Januari 2014                                               

CONTOH KEMASAN SEDIAAN KRIM HERBAL